Belajar Merawat Ternak di Desa
Daftar Isi
Banyak cara yang dapat kita pakai untuk bersenang-senang sekaligus mempelajari sesuatu yang baru. Liburan kemarin, contohnya, kami pergi ke sebuah desa di Bojonegoro, Jawa Timur, dalam rangka bersilaturahim ke rumah saudara. Berangkatlah kami naik Komuter KRD Sidoarjo-Bojonegoro.
Ini bukan pertama kalinya kami pergi ke desa, karena setiap tahun pun kami mudik ke Cicalengka. Namun, ada yang baru di sini, terutama bagi Ara dan Kira.
Di rumah kakeknya anak-anak itu, ada peternakan lele, ayam, dan burung. Kami memanfaatkannya untuk memberi pengetahuan dasar mengenai kehidupan binatang-binatang, khususnya hewan ternak, kepada Ara dan Kira.
Demikian pula dengan kebun-kebun. Kami menikmati berjalan-jalan di tengah-tengan perkebunan pisang, pepaya, sawo, mangga, kersen, dan lain-lain. Sesuatu yang jarang sekali kami lakukan di Surabaya, bahkan Cicalengka.
Kami percaya, hal-hal semacam ini akan membuat anak memiliki kepedulian lebih terhadap lingkungan. Ini metode pendidikan usia dini juga. Mereka akan paham pentingnya merawat, mengasihi, dan mengamati kesehatan tumbuhan. Karena tumbuhan adalah makhluk hidup yang bisa mati juga.
Menurut Lea Tran, seorang terapis hortikultura di Guelph, Ontario, mengajak anak untuk berkebun akan merangsang semua indera mereka. “Dengan berkebun, anak dapat melihat betapa semua mahkluk hidup di bumi memiliki peran dalam ekosistem. Semua saling berhubungan, sehingga anak bisa melihat siklus kehidupan.”
Hidup di desa, meskipun hanya sehari-dua hari, cukup memberi pengalaman baru yang berharga kepada anak-anak. Meskipun tanpa televisi dan tidurnya berdempet-dempetan, mereka sepertinya betah-betah saja. Yayah dan Bunda pun lega melihatnya.
Di mata anak-anak, “bergaul” secara langsung dengan ikan lele, ayam, burung, pohon-pohon yang asri, ternyata begitu mengasyikkan. Simak video rangkumannya di sini...