Monyet-monyet Gunung Merapi Yogyakarta
Daftar Isi
Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata Gunung Merapi? Seram? Aroma mistik yang kuat? Mak Lampir? Wilayah rawan gempa? Gunung meletus? Wah, negatif semua, ya. Sebagian hanya takhayul, dan sebagian memang ketakutan yang ilmiah. Namun untungnya, tidak satu pun dari hal-hal buruk tersebut yang menimpa kami ketika berkunjung ke Taman Nasional Gunung Merapi, di Kaliurang, Sleman, Yogyakarta.
Alih-alih menyeramkan, bagi kami, Gunung Merapi justru menyenangkan! Ini bukan Gunung Merapi Kerinci, lo, ya. Sekali lagi, ini Gunung Merapi di Jawa, tepatnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Tempat ini sangat pas sebagai wisata keluarga. Anda akan menjumpai banyak wahana permainan untuk anak-anak di sini. Antara lain, jungkat-jungkit, ayunan, panjatan, prosotan, becak air, komidi putar, arena mandi bola, museum, Menara Pandang Puncak Pronojiwo, dan sebagainya.
Untuk wisata alamnya, ada hutan tropis, Goa Jepang, Bukit Plawangan, Tlogo Putri (danau buatan), air terjun Tlogo Muncar, Tlogo Nirmolo, Sungai Boyong, dan masih banyak lainnya. Kunjungan kami yang cuma sekitar dua jam jelas tidak cukup untuk mengeksplor semua itu.
Tiba-tiba kelaparan? Jangan khawatir, karena banyak juga penjual makanan di Taman Nasional Gunung Merapi. Cuma, rasanya tidak bijak membawa masuk makanan-makanan itu, baik dari penjual sekitar maupun dari rumah atau hotel. Sebab, banyak berkeliaran monyet liar di sini, terutama di hutannya.
Hadirnya monyet biasanya dilematis bagi pengelola tempat wisata. Dapat berarti kabar baik atau buruk. Monyet bisa jadi membuat anak-anak betah karena melihat mereka sebagai makhluk kecil yang lucu, lincah, dan menghibur. Tetapi juga bisa membuat anak-anak ketakutan lantaran tingkah agresif primata berekor itu. Tergantung anaknya, sih.
Untungnya, Ara dan Kira ternyata tidak terlalu takut dengan monyet. Rasa takut itu tetap ada (namanya juga anak-anak), tetapi tidak sampai membuat mereka menangis atau merengek minta pulang. Walaupun Ara, di perjalanan ini, beberapa kali hampir diserbu oleh monyet-monyet liar, dia tetap saja bisa menikmati sejak datang sampai pulang. Begitu juga Kira.
Sehingga, Yayah dan Bunda pun ikut tenang. Kami bisa belajar lebih banyak tentang alam. Baik keindahannya, maupun kehidupan ekosistemnya.
Hanya sayangnya, kami datang hari Minggu. Saat itu, Taman Nasional Gunung Merapi sedang ramai-ramainya. Banyak orang berlibur ke sana. Selain itu juga bising, karena sedang ada pertunjukan musik tradisional.
Mau syuting untuk video pun jadi bingung. Lanjut terus, takut suaranya tidak terdengar dan videonya berisik. Namun mau menunggu sepi, kapan sepinya? Kapan selesainya? Asal tahu saja, kami datang ke sana sudah pukul 14 lebih. Sementara pada pukul 16.00, Taman Nasional Gunung Merapi Sleman sudah tutup.
Akhirnya, daripada kami yang datang jauh-jauh ini harus pulang dengan tangan hampa atau cuma dengan foto-foto, kami nekat saja mengambil gambar untuk video. Berisik sedikit tak apalah. Yang penting, tempat keren ini terdokumentasikan dalam album Homerie.
Mau menonton video dokumentasi tersebut? Mau menonton bagaimana Ara nyaris dikeroyok monyet-monyet Gunung Merapi? Putar saja langsung videonya: