Main 3D Puzzle: Membongkar-Pasang Masjid Istiqlal
Daftar Isi
Ara mudah bosan dengan permainan puzzle, terutama yang dua dimensi (susun gambar). Awalnya, dia malas-malasan karena bingung atau buntu. Tetapi sekali menemukan penyelesaiannya, dia akan menghafalnya. Dan setelah hafal di luar kepala, permainan itu jadi tidak menarik lagi baginya.
Karena itu, kami membelikan puzzle yang berbeda dari biasanya. Kali ini, yang tiga dimensi (susun bangunan). Tepatnya, kami mencoba 3D Puzzle Masjid Istiqlal, produk dari EmKiddo. Puzzle ini terdiri dari 32 kepingan yang dapat disusun menjadi bangunan masjid nasional di Jalan Taman Wujata Kusuma, Jakarta, itu.
Di kotaknya, tertulis bahwa puzzle ini untuk anak tiga tahun ke atas. Namun kami ragu, ada anak umur 3 atau 4 tahun yang bisa menyelesaikan permainan ini. Ya, mungkin ada saja. Cuma jarang. Karena mereka pasti balita yang istimewa, baik kinerja otot (motorik) maupun otaknya (penalaran).
Ara, terus terang, banyak bingungnya saat pertama mencoba. Jangankan dia yang baru berulang tahun keenam, Yayah dan Bunda saja garuk-garuk kepala, “Ini bagaimana menyusunnya?” Bukan karena takut salah mencoba, melainkan takut patah. Sebab, kepingan-kepingan dari kertas itu tampak ringkih.
Ujung-ujungnya, ditinggal tidur, deh. “Besok saja dipikir,” kata Yayah. Hehehe.
Namun, setelah menjajal 2-3 kali, berhasillah miniatur masjid itu disusun. Ara memperhatikan setiap Yayah melakukannya. Lalu, tibalah giliran Ara untuk mencoba menyusun puzzle 3D ini sendiri. Tanpa bantuan Yayah maupun Bunda!
Manfaat Puzzle bagi Anak
Puzzle adalah mainan menyusun gambar atau wujud. Permainan asah otak ini mulai dapat dikenalkan sejak anak berusia 10 bulan. Tentu saja, dengan tingkat kerumitan yang disesuaikan. Makin tinggi usia anak, kita bisa mengenalkan kepingan-kepingan puzzle yang makin banyak, dengan bentuk yang makin bervariasi, dan ukuran yang makin kecil (detail).Bermain puzzle sangat banyak manfaatnya bagi anak-anak. Juga bagi orang dewasa, sebenarnya. Beberapa di antaranya untuk melatih:
- Emosi dan Kesabaran. Contohnya Ara. Kalau puzzle terlalu rumit, dia akan malas-malasan. Kalau pun mau mencoba, begitu di tengah jalan menemui kesulitan, dia bisa mutung. Nah, emosi-emosi anak yang tidak stabil ini yang bisa kita benahi, dengan terus memberinya motivasi.
- Kemampuan Membaca Petunjuk. Ara belum lancar membaca. Tetapi dalam permainan ini, dia harus memahami petunjuk yang tertulis. Minimal melalui informasi yang paling sederhana: nomor dan gambar bentuk kepingan. “Pelajaran membaca” itu jadi menarik baginya, karena bisa langsung diterapkan (beda dengan pelajaran di kelas yang anak mungkin belum tahu fungsi konkretnya).
- Ingatan Jangka Pendek. Sudah jelas, si anak harus menghafal bentuk, posisi, warna, dan gambar secara cepat. Pada puzzle 2D sebelumnya, Ara sudah begitu hafalnya, sampai ketika dia harus menyusunnya di lantai (bukan di boksnya) sekalipun akan jadi. Puzzle 3D lebih baik lagi dalam melatih memori jangka pendek, karena lebih kompleks.
- Keterampilan Memecahkan Masalah (problem solving). Puzzle akan membantu anak berpikir dari berbagai sudut pandang untuk menyusun potongan-potongannya. Contohnya, ketika Ara bingung dengan bentuk tonjolan tembok Masjid Istiqlal yang seperti serupa, dia sering keliru memasang, sehingga bolak-balik harus bongkar-pasang. Lalu, muncul ide Ara untuk meletakkan atapnya dulu. Bentuk atap yang unik ini ternyata bisa memberi petunjuk ke mana dia seharusnya meletakkan tembok yang sesuai. Hahaha, boleh juga! Yayah saja tidak terpikir ke situ.
- Mengembangkan Kordinasi Mata dan Tangan. Puzzle memiliki berbagai gambar, bentuk, dan warna. Ini “memaksa” anak untuk berkonsentrasi. Mulai dari mengamati, sampai memasang atau mencopot kepingan-kepingan puzzle, tanpa merusaknya. Ah ya, Ara sempat mematahkan beberapa kepingan masjid, sehingga Bunda harus mengisolasinya. Ini karena gerakan tangan (motorik) Ara belum bagus. Tetapi, tidak apalah, namanya juga anak-anak. Ajaib sekali kalau mainan mereka tidak rusak dalam sekejap, hahaha…
- Menguatkan Logika. Dengan bermain puzzle, buah hati dituntut mengenali karakter unik masing-masing kepingan, lalu memasukkan atau memasangkannya ke tempat yang sesuai. Kalau tidak sesuai, kepingan itu tidak akan mau masuk. Atau kalaupun masuk, bentuknya akan menjadi aneh. Maka si anak, mau tidak mau, harus mengembangkan logika (jika A maka B) supaya dapat mencapai bentuk seperti gambar modelnya.
- Kemampuan Spasial. Penyusunan puzzle, apalagi yang tiga dimensi, merangsang anak untuk menciptakan gambaran tata ruang imajiner di dalam pikirannya. Saat itulah, kecerdasan ruang akan semakin terlatih.