Memori Semarang, Petualangan Pertama Homerie
Daftar Isi
Melihat album lama memang menyenangkan. Kita seperti dibawa kembali ke masa lalu. Di antara timbunan foto dan video yang penuh nostalgia, Album Semarang adalah yang paling mengesankan bagi kami. Kota Semaranglah destinasi pertama kami. Biasanya, rute rutin kami hanya Surabaya-Bandung untuk mudik, yang artinya ada bantuan keluarga di sana, alias tidak sepenuhnya petualangan yang mandiri.
Sedangkan di Semarang, kami tidak ada sanak-saudara, tidak ada teman. Tempat menginap harus kami usahakan sendiri. Sehingga perjalanan ini petualangan yang benar-benar baru, baik bagi Ara yang berumur 1,5 tahun dan baru bisa jalan kaki, maupun kami yang baru 1,5 tahun menjabat sebagai orang tua.
Kami tidak pernah berhenti berpikir, “Bisa, nggak, ya? Bisa, nggak, ya?”
Alhamdulillah, ternyata bisa. Meskipun selama 8-10 Mei 2014 itu, ada beberapa destinasi yang meleset. Antara rencana kami dan praktik di lapangan mungkin hanya sesuai 80%.
Dari Surabaya, Keluaraga Kecil Homerie yang waktu itu masih beranggotakan tiga orang, naik kereta ekonomi. Sampai Stasiun Poncol sudah pukul 10 malam. Kami langsung menjujuk Hotel Pandanaran.
Hotel ini kami pilih karena posisinya strategis, hanya dua kilometer dari stasiun. Dekat juga dengan alun-alun (Lapangan Pancasila), Simpang Lima, dan Lawang Sewu.
Rencana awalnya, kami cukup berjalan kaki dari Stasiun Poncol. Malam-malam, pasti tidak panas, jadi tidak berat. Namun ternyata, jarak dua kilometer itu tetap saja terasa jauh kalau sambil menggotong koper, tas besar, dan Ara yang tertidur. Makanya, kami akhirnya naik becak.
Sampai di kamar Hotel Pandanaran, Ara terbangun. Dia langsung tertawa-tawa. Barangkali karena terbangun di atas kasur yang empuk, wangi, putih bersih, ber-AC, dan tidak ada barang-barang berjejalan seperti di kamarnya selama ini, dia girang bukan kepalang. Ini memang pertama kalinya Ara berada di kamar hotel berbintang.
Keesokan harinya, kami memutuskan Jumatan di Masjid Agung Jawa Tengah. Sekalian, makan siang di sekitar sana. Lalu, kembali pulang ke hotel.
Beristirahat sebentar di hotel, kami melanjutkan wisata ke Lawang Sewu. Ini destinasi wajib. Bukan hanya karena ikonik Semarang, tetapi juga karena jaraknya dengan Hotel Pandanaran hanya 800 meter.
Sorenya, kami menghabiskan waktu untuk berenang di kolam hotel. Ini juga ujicoba bagi Ara. Dia pernah diajak pamannya ke Puncak Darajat di Garut. Ara tidak berhenti menangis saat digendong masuk ke kolam. Mungkin karena udaranya dingin, walaupun airnya hangat (sumber air panas).
Namun, Ara malah senang dan tertawa-tawa sewaktu Yayah menggendongnya untuk masuk ke kolam Hotel Pandanaran. Pengguna kolam yang lain pun memuji Ara, "Wah, si kecil nggak takut air, ya. Anak saya nggak mau nyemplung, ya saya tinggal di kamar."
Yayah hanya tersenyum-senyum. Sebenarnya, dia terkejut juga melihat Ara betah dan suka berendam. Sangat betah, malah! Sampai kulitnya keriput dan hari menjelang magrib pun Ara tetap menolak diajak mentas.
Dia baru setuju mentas ketika kedinginan. Kami pun membawanya ke kamar, memandikannya dengan air hangat, dan akhirnya dia ketiduran. Padahal sudah magrib. Memang enak suasananya. Setelah berpanas-panasan dan berlelah-lelah seharian di Semarang, sorenya berendam di kolam, dan mandi air hangat, sementara di luar sedang turun hujan deras. Alhamdulillah, nikmatnya….
Setelah hujan reda, kami jalan-jalan malam ke Simpang Lima yang hanya berjarak sekitar 1,4 kilometer dari hotel. Di sana, kami menyewa sepeda kelap-kelip untuk berkeliling alun-alun. Lalu, kami makan nasi goreng di salah satu warteg sekitar, dan cari oleh-oleh lunpia di Pusat Oleh-olehnya.
Besoknya, kami naik taksi ke Taman Rekreasi Wonderia, sekitar tiga kilometer dari hotel. Namun ternyata, banyak stan yang belum buka. Jadi, kami harus menunggu, sebelum main komidi putar, boom-boom car, dan wahana-wahana lainnya.
Pulang dari Wonderia, kami makan siang dulu sebelum naik angkot untuk wisata klenteng. Semarang terkenal dengan klenteng-klenteng eksotik. Namun, sialnya, kami tersesat. Ditambah lagi Semarang sedang terik-teriknya. Jadi, kami memilih langsung ke Gereja Blenduk alias G.P.I.B Immanuel, sebelum balik ke hotel.
Sampai hotel, kami rehat. Orang Semarang bilang, leyeh-leyeh. Setelah magrib, kami keluar hotel untuk membeli makan. Pilihan jatuh ke penjual Tahu Gimbal di depan Lawang Sewu. Katanya, ini makanan khas Semarang. Jadi segera kami bungkus untuk dimakan di hotel.
Tidak jauh dari hotel, sebenarnya ada Museum Mandala Bhakti, museum dokumentasi TNI. Akan tetapi, kami melewatkannya. Kami juga melewatkan Tugu Muda. Sayang sekali.
Demikianlah perjalanan singkat kami di Semarang. Petualangan pertama Keluarga Kecil Homerie yang sulit dilupakan. Bila ingin menonton album nostalgia kami di Semarang, berikut ini videonya….