Mengkreasikan Mainan dari Benda Sekitar: Ciri Anak Kreatif
Sedikit berbeda dengan para orang tua yang lain, kami jarang sekali membelikan mainan untuk anak. Pasalnya, anak-anak kami cepat bosan. Hanya beberapa boneka dan lego yang bertahan di pelukan mereka.
Buku? Tali lompat? Balon? Mainan bongkar pasang, bahkan yang agak mahal seperti 3D Puzzle Istiqlal Mosque? Begitu sudah menemukan puncak keasyikannya, mereka langsung bosan dan tidak pernah menyentuh-nyentuhnya lagi.
Apa konsekuensinya? Mainan-mainan tersebut mangkrak di kamar atau gudang. Mainan dan boneka tak terpakai dari saudara-saudara dan tetangga-tetangga mereka saja sudah menumpuk.
Hal ini membuat kami semakin ragu setiap mau membeli mainan baru. Kalau tidak yakin mainan ini memang berguna atau bisa digunakan oleh si anak minimal dalam jangka lima tahun, kami jadi enggan membelinya. Selain masalah uang, juga masalah ruang. Maklum, rumah kami kecil.
Sebagai gantinya, kami lebih suka permainan fisik yang tidak melibatkan alat (seperti kejar-kejaran, pijat-pijatan, panjat-panjatan) dan digital (seperti Tuxmath di laptop, kanvas digital di ponsel, tayangan National Geographic untuk anak).
Di luar itu, kami selalu mendorong buah hati kami untuk memanfaatkan apa yang ada di sekitar mereka sebagai mainan. Terutama untuk merangsang kreativitas dan motorik anak.
Sebenarnya, kami tidak perlu mendorong-dorong. Sebab, insting setiap anak memang selalu bermain dengan benda-benda di sekelilingnya. Yang bukan mainan pun akan mereka jadikan mainan. Seperti botol, benang, sendok-garpu, adonan kue, krayon, pasir, air, dan sebagainya.
Terkadang, spontanitas mereka membuat kita tersenyum-senyum sendiri. Kami setuju bila ada yang mengatakan imajinasi anak jauh lebih variatif dan kreatif dari orang dewasa.
Salah satu contoh yang berhasil kami dokumentasikan adalah video di bawah ini. Kami tidak pernah menyuruh atau mengarahkan Kira, 4 tahun. Bahkan kakaknya pun tidak pernah mencontohkan bermain seperti ini. Tetapi Kira berinisiatif merangkai jepit jemuran seperti ini.
Kreasi jepit jemuran, hahaha…. Lumayanlah!
Kakaknya sendiri, Ara, pernah membangun "pabrik kelereng" dengan jepit jemuran juga. Sudah lumayan lama, tetapi sekadar untuk mengingatkan, berikut ini videonya:
Nah, kalau mainannya dari hasil mengkreasikan sendiri benda-benda sekitar begini, ketika mereka bosan pun tidak ada masalah. Sebab, benda-benda tersebut tetap dapat kita gunakan dan masih berfungsi. Bukannya mangkrak atau menjadi sampah seperti mainan-mainan anak hasil beli.
Bagaimana dengan anak-anak Ayah-Bunda yang lain? Pasti kreatif-kreatif juga, bukan? Bahkan mungkin lebih kreatif.