Museum Nasional Indonesia: Terlengkap se-Asia Tenggara
Setiap ada kesempatan ke luar kota, kami usahakan sekalian berkunjung ke museum yang khas kota itu. Umpamanya, Museum Trinil di Ngawi, Museum Mahameru di Blora, dll. Begitu pula ketika kami ke Jakarta beberapa waktu lalu. Kami singgah ke Museum Nasional Indonesia (MNI).
Itu, bisa dibilang, keputusan yang tepat. Opsi hari itu sebenarnya antara Monas dan MNI. Untunglah kami memilih Museum Nasional. Sebab, sekitar empat jam setelah kunjungan kami, museum terlengkap se-Asia Tenggara tersebut terbakar dan harus ditutup selama setahunan!
Sejarah Museum Nasional Indonesia
Museum Nasional Indonesia adalah salah satu museum tertua di dalam negeri yang telah berdiri sejak era penjajahan Belanda, tepatnya sejak 1862. Pantas saja gaya arsitekturnya klasisisme, kental dengan pengaruh Eropa Abad Pencerahan. Dahulu bernama Koningsplein West, museum ini baru dibuka untuk umum pada 1868.
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mengambil alih aset-aset penjajah, termasuk Koningsplein West. Lembaga Kebudayaan Indonesia akhirnya menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia pada 17 September 1962.
Pemerintah lalu menjadikannya sebagai museum nasional pada 28 Mei 1979. Kemudian, museum ini ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada 22 Maret 2021.
MNI juga dikenal sebagai Museum Gajah karena terdapat patung gajah berbahan perunggu, pemberian Raja Chulalongkorn atau Rama V dari Thailand yang berkunjung ke Indonesia pada 1871. Patungnya itu diletakkan di halaman depan MNI.
Pada 1996, sayap baru gedung ditambahkan di sebelah utara gedung lama. Gedung ini sekarang dikenal dengan Unit B atau Gedung Arca.
Koleksi dan Fasilitas Museum Nasional Jakarta
- Etnografi
- Perunggu
- Prasejarah
- Keramik
- Tekstil
- Numismatik
- Relik sejarah
- Buku langka
- Benda berharga
Berdasarkan data di situs web Museum Nasional Republik Indonesia, pada 2001, jumlah koleksi MNI mencapai 109.342 item. Jumlah itulah yang membuat Museum Nasional dikenal sebagai museum terbesar di Indonesia.
Pada 2006, jumlah koleksinya bertambah hingga melebihi 140.000 buah. Akan tetapi, hanya sepertiganya yang dapat diperlihatkan kepada khalayak.
Sebelum Gedung Perpustakaan Nasional RI didirikan, koleksi Museum Gajah juga meliputi naskah-naskah manuskrip kuno. Namun, setelah ada Gedung Perpusnas, naskah-naskah tersebut bersama koleksi perpustakaan Museum Gajah dipindah ke sana.
Sumber koleksi museum ini banyak berasal dari penggalian arkeologis, hibah kolektor sejak masa Hindia Belanda, dan pembelian.
Sayang, akibat kebakaran pada Sabtu, 16 September 2023, sebanyak 817 koleksi prasejarah yang terletak di Gedung A terbakar dari total 194.000 koleksi.
Koleksi yang paling menarik bagi kami adalah patung Bhairawa. Patung tertinggi di Museum Nasional ini menjulang 414 cm. Patung Adityawarman ini merupakan manifestasi dari Dewa Lokeswara dan Awalokiteswara, juga perwujudan Boddhisatwa (pancaran Buddha) di bumi.
Agak mengerikan penampakannya. Patung laki-laki itu berdiri di atas mayat dan deretan tengkorak, sambil memegang mangkuk (darah) terbuat dari tengkorak di tangan kiri dan keris pendek dengan gaya Arab di tangan kanannya. Patung ini diduga ditemukan di Padang Roco, Sumatra Barat, dari abad 13-14.
Tahukah Ayah-Bunda, aliran Bhairawa ditengarai juga berkaitan dengan Pura Kebo Edan di Bali yang pernah Yayah teliti.
Berlama-lama di museum ini tidak terasa bagi kami. Sebab, tempatnya nyaman dan luas sekali. Museum Nasional Indonesia juga memiliki berbagai fasilitas, antara lain Museum Gajah (Gedung A), Museum Arca (Gedung B), kantor, perpustakaan, laboratorium, ruang konferensi, pusat ATM, dan toilet.
Kegiatan dan Tiket di Museum Gajah
Di Museum Nasional, pengunjung dapat melihat-lihat koleksi di dalamnya. Pameran tetap ini selalu bisa dinikmati dengan membeli tiket reguler.
Sementara, pada waktu-waktu tertentu, Museum Nasional Jakarta juga mengadakan pameran temporer. Temanya berganti-ganti sesuai periode pameran. Jika ingin melihatnya, Ayah-Bunda harus membeli tiket reguler plus tiket pameran temporer.
Selain itu, ada juga pertunjukan yang terdiri dari ImersifA dan teater. ImersifA merupakan pertunjukan proyeksi gambar bergerak di dinding yang dilengkapi dengan tatasuara selama 30 menit. Jika ingin melihat pertunjukan, Ayah-Bunda silakan membeli tiket reguler dan tiket pertunjukan.
Salah satu kegiatan yang pernah dilakukan adalah Ramai Damai Festival yang diselenggarakan pada 9-10 Februari 2019 oleh @serrum_studio dan @spektakel.id, yang berisi talkshow dan pertunjukkan musik.
Kegiatan lain yang cukup akbar yakni Festival Panji Internasional yang dilaksanakan pada 27 Juni-3 Juli 2018 yang juga diadakan di beberapa kota besar lainnya. Di Jakarta sendiri, kegiatan ini bertempat di Museum Nasional.
Berapa harga tiket Museum Nasional Indonesia? Tentu bervariasi:
- Reguler (dapat dibeli secara daring maupun langsung di tempat): Untuk individu, anak Rp7.500, dewasa Rp15 ribu, dan wisatawan asing Rp25 ribu. Untuk rombongan (minimal 50 orang), anak Rp5.000 dan dewasa Rp10 ribu.
- Pameran temporer (pembelian tiket wajib memiliki tiket reguler): Anak Rp20 ribu, dewasa Rp20 ribu, dan wisatawan asing Rp20 ribu.
- Pertunjukan (wajib memiliki tiket reguler terlebih dahulu): ImersifA Rp35 ribu dan teater Rp10 ribu.
- Pemandu daring Rp5 ribu
Museum Nasional Indonesia
Lokasi MNI sangat strategis dan di pusat kota. Dekat pula dengan Monumen Nasional (Monas) dan Istana Merdeka. Banyak moda transportasi umum untuk menjangkaunya, antara lain kereta komuter (Stasiun Tanah Abang), Transjakarta 7F Halte Monas, atau kalau mau praktis: ojol dan taksol.
- Pendiri: Jacob Cornelis Matthieu Radermacher
- Alamat: Jalan Medan Merdeka Barat no. 12, Jakarta Pusat (Google Maps)
- Jam Operasional: Setiap hari pukul 08.00-16.00 WIB (hari besar keagamaan tutup)
- Telepon: +62 21 3868172
- Luas: 26.500 meter persegi