KA Pasundan Ekonomi: 4 Provinsi dalam 13 Jam
Sejak 2017, kami sering menggunakan Kereta Api Pasundan Ekonomi untuk mudik ke Bandung. Meskipun kereta ini tidak terlalu nyaman, tetapi tarifnya tergolong terjangkau dibandingkan dengan kereta-kereta alternatifnya.
Di samping itu, dengan naik kereta Pasundan, kita bisa mendapatkan pemandangan daerah selatan Pulau Jawa yang cantik.
Asal-usul Kereta Pasundan
KA Pasundan pertama kali beroperasi sekitar Idulfitri tahun 1996. Waktu tempuhnya masih 15 jam dalam sekali keberangkatan. Semula, kereta ini dioperasikan untuk mendampingi Kereta Api Badrasurya (Bandung Raya-Surabaya) yang beroperasi sejak 1970-an.
Kereta Api Badrasurya juga termasuk kereta api ekonomi, dengan keberangkatan dari Stasiun Bandung. Namun, karena Perumka mengadakan penyederhanaan layanan, KA Badrasurya akhirnya digantikan oleh Kereta Api Pasundan.
Nama “Pasundan” sendiri diambil dari nama lain Provinsi Jawa Barat. Seperti yang kita tahu, Jawa Barat juga kerap disebut Tanah Pasundan, yang berasal dari kata “Sunda”.
Tarif KA Pasundan
Semula, KA Pasundan mendapat subsidi dari pemerintah. Dari tahun 2017 sampai 2019, kami hanya mengeluarkan uang 94.000 rupiah untuk satu tiket. Jadi berempat, pergi-pulang Surabaya-Bandung, tidak sampai 800.000. Murah sekali untuk ukuran kereta yang mengantar kita 691 km jauhnya!
Bahkan, ketika kami mudik di bulan puasa tahun 2018, pramugara-pramugari memberi “kejutan” dengan membagikan takjil dan nasi kotak gratis ke kursi penumpang. Tinggal menunjukkan tiket, kami sudah dapat berbuka puasa dengan menyantap satu paket berbuka puasa ala Restorka.
Sayangnya, setelah Pandemi Covid-19, beberapa kereta api ekonomi tidak lagi berstatus Public Service Obligation (PSO) alias tidak lagi disubsidi pemerintah. Termasuk Kereta Api Pasundan. Maka, pada tahun 2022, tiketnya sudah dikisaran 210.000 sampai 280.000.
Dengan kenaikan tiga kali lipat, apakah ada perubahan fasilitas? Ternyata, sama saja.
Fasilitas KA Pasundan
Sistem penomoran tempat duduk kereta masih 3-2 (ABC-DE) dengan kapasitas 106 penumpang dalam satu kereta. Sandaran kursinya masih 90 derajat, membuat punggung penumpang lelah, apalagi yang berjarak menengah atau jauh.
AC memang selalu berfungsi, tetapi ini kereta siang. Cahaya matahari tak pernah absen menerobos jendela. Menutup tirai pun hanya mengurangi sedikit silau dan panasnya.
Selain itu, penumpang kereta ini selalu banyak. Barang bawannya juga. Kami masih menemukan barang bawaan penumpang yang sampai menjajah bordes.
Makanya, kalau Ayah-Bunda menumpang kereta ini dan tidak naik dari stasiun awal, usahakan tidak membawa banyak barang bawaan. Dan jangan heran kalau bagasi di atas kursi yang kita pesan sudah penuh oleh barang bawaan penumpang lain.
Sama seperti kereta api ekonomi lainnya, seperti KA Probowangi, rangkaian KA Pasundan terdiri dari satu lokomotif CC210/CC203, enam kereta penumpang AC, satu kereta makan dan pembangkit, serta satu kereta bagasi.
Toilet disediakan di setiap kereta. Sayangnya, cukup sering air tidak mengalir dari keran wastafel, keran bidet, atau tombol flush toilet. Atau hanya mengucur sedikit.
Tidak seperti colokan listrik di bawah jendela yang selalu berfungsi untuk mengisi baterai ponsel.
KA Pasundan juga menyediakan kereta makan dengan berbagai menu yang sama dengan kereta api lainnya. Alternatif lain, Ayah-Bunda bisa membawa bekal makanan dan minuman dari rumah.
Omong-omong, Keluarga Kecil Homerie punya cara lain, nih! Karena KA Pasundan berhenti di banyak stasiun, kami terkadang membeli makanan di salah satu stasiun itu.
Kami sudah amati, KA Pasundan biasanya berhenti lebih dari lima menit di Stasiun Lempuyangan (Yogyakarta) untuk persilangan kereta dan Stasiun Cipeundeuy (Garut) untuk pengecekan kondisi kereta yang hendak atau sudah melewati tanjakan atau turunan.
Di sana, Ayah-Bunda bisa turun dan membeli makan di stasiun atau penjaja “swasta” yang segera berteriak-teriak menawarkan dagangannya setiap kereta berhenti. Harganya relatif lebih terjangkau. Hanya, belinya jangan lama-lama. Jangan sampai, keretanya keburu berangkat lagi.
Jadwal dan Lama Perjalanan KA Pasundan
Setiap hari, KA Pasundan memiliki dua perjalanan, yakni satu perjalanan dari Stasiun Kiaracondong dan satu perjalanan dari Stasiun Surabaya Gubeng.
Dengan jarak tempuh masing-masingnya 691 km dan durasi perjalanan 13 jam 38 menit, KA Pasundan berangkat dari Stasiun Surabaya Gubeng pada pukul 05.50 dan berhenti di stasiun Mojokerto, Jombang, Kertosono, Nganjuk, Caruban, Madiun, Ngawi, Walikukun, Sragen, Purwosari, Klaten, Lempuyangan, Wates, Kutoarjo, Kebumen, Gombong, Kroya, Maos, Sidareja, Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, Cipeundeuy, Cibatu, Leles, dan tiba di Stasiun Kiaracondong (Bandung) pukul 19.28.
Sementara untuk rute Bandung-Surabaya, lama perjalanannya adalah 13 jam 39 menit. KA Pasundan berangkat dari Stasiun Kiaracondong (Bandung) pada pukul 10.15 dan berhenti di Stasiun Leles, Cibatu, Cipeundeuy, Rajapolah, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Meluwung, Sidareja, Maos, Kroya, Gombong, Kebumen, Kutoarjo, Wates, Lempuyangan, Klaten, Purwosari, Sragen, Walikukun, Ngawi, Madiun, Caruban, Nganjuk, Kertosono, Jombang, Mojokerto, dan tiba di Stasiun Surabaya Gubeng pada pukul 23.54.
Oh, ya. Kalau Ayah-Bunda pernah menumpang kereta ini dan berangkat atau mengakhiri perjalanan di Stasiun Wonokromo, mulai 1 Juni 2023, keberangkatan dan kedatangan Kereta Api Pasundan di Surabaya hanya ada di Stasiun Gubeng.
Bertualang 13 Jam Melintasi 4 Provinsi
Selama 13 jam lebih kami harus duduk di kereta api yang memiliki kecepatan tempuh 70-90 km/jam ini. Tentu saja bosan dan pegal. Namun, ada satu hiburan di kereta, yakni pemandangan alam. Ini salah satu keunggulan menumpang kereta api yang melintasi jalur selatan Pulau Jawa.
Setelah kereta melintasi Kawasan Kebumen, dimulai dari Terowongan Ijo, pemandangannya sudah lumayan membuat mata adem.
Terowongannya sendiri tidak sepanjang Terowongan Sasaksaat di Padalarang yang panjangnya hampir mencapai satu kilometer. Namun, terowongan sepanjang 581 meter ini bisa dilalui oleh dua kereta api karena memiliki jalur ganda.
Memasuki wilayah Jawa Barat, penumpang akan disuguhi pemandangan gunung dan sawah yang selalu membuat Ara ingin mengabadikannya dalam foto atau video. Selain itu, KA Pasundan juga melintasi jalur di pegunungan yang berkelok-kelok.
Jika menempati kereta penumpang paling belakang, Kira selalu antusias melihat lokomotif yang berbelok terlebih dahulu. Atau sebaliknya, kalau menempati kereta penumpang paling depan, kami bisa melihat “ekor” kereta yang berbelok. Kira sungguh senang menikmati ular besi yang meliuk-liuk di tebing pegunungan ini.
Menumpang KA Pasundan seharian membuat kami seperti menjelajah Pulau Jawa. Kami bisa melintasi empat provinsi sekaligus dalam satu kali perjalanan. Mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Barat. Kami juga bisa menyaksikan perubahan langit dari pagi sampai malam.