Masjid Jami Peneleh Surabaya: Tempat Ibadah dan Saksi Sejarah

Daftar Isi
Masjid Jami Peneleh Surabaya: Tempat Ibadah dan Saksi Sejarah

Kawasan Peneleh Surabaya terkenal karena memiliki setidaknya dua tempat bersejarah, yaitu rumah H.O.S. Tjokroaminoto dan rumah kelahiran Bung Karno. Namun, jangan lupa, di kawasan ini juga terdapat sebuah masjid yang cukup kesohor karena keotentikan bangunan dan sejarahnya. Apa lagi kalau bukan Masjid Jami Peneleh Surabaya.

Saat kami tiba, Masjid Jami Peneleh sedang sepi. Hanya ada beberapa jemaah laki-laki yang sedang salat. Suasana di gangnya pun tidak kalah sepi. Meski demikian, pintu masjid ini terbuka bagi umum, sehingga kami tidak ragu untuk masuk.

Masjid Tertua di Surabaya?

   Jami Peneleh: Masjid Tertua di Surabaya?

Masjid Jami Peneleh didirikan oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel pada abad ke-14 atau tahun 1430 Masehi. Sejumlah literatur menulis bahwa masjid ini dibangun pada 1421, ketika Sunan Ampel masih menetap di Peneleh.

Hal ini dikuatkan dalam prasasti Mbah Cempo yang menyebutkan bahwa keberadaan komunitas muslim di Peneleh sudah ada lebih dulu sebelum Raden Rahmat hijrah ke daerah Ampel. Semula, masjid tersebut berupa surau atau langgar kecil, lalu dipugar menjadi masjid pada abad ke-18.

Sumber lain menuturkan bahwa setelah mengunjungi Kerajaan Majapahit, Sunan Ampel mendapatkan hadiah tanah di kawasan Ampeldenta atas jasa-jasanya terhadap kerajaan. Ia lalu menempuh perjalanan dari Trowulan, Mojokerto, menuju Ampeldenta melewati Sungai Brantas.

Setibanya di Surabaya, Sunan Ampel sempat singgah di Kembang Kuning. Di lokasi tersebut, ia bertemu dengan Ki Wirosuroyo atau dikenal Ki Bang Kuning. Di Kembang Kuning, Sunan Ampel membangun musala, konon, hanya dalam waktu semalam.

Dari Kembang Kuning, Raden Rachmat melanjutkan perjalanan. Ketika sampai di Peneleh, ia berhenti di sisi timur Sungai Kalimas lantaran melihat di kawasan Peneleh sudah ada komunitas masyarakat muslim.

Lantaran tertarik, Sunan Ampel sempat tinggal cukup lama di Peneleh dan berbaur dengan masyarakat setempat. Bahkan, ia juga ikut adu ayam atau sabung ayam dan ayam jago miliknya selalu menang. Masyarakat penasaran dan bertanya tentang rahasia ayam jago Sunan Ampel.

Sunan Ampel menggunakan kesempatan itu untuk mengenalkan ajaran Islam kepada warga sekitar. Bahwa dengan doa dan kehendak Allah, semua bisa terjadi. Sunan Ampel pun mengajak masyarakat membangun masjid yang kemudian diberi nama Masjid Jami Peneleh.

Jika sejarah ini akurat, berarti Masjid Jami Peneleh adalah masjid tertua di Surabaya.

Arsitektur Masjid Jami Peneleh Surabaya

Arsitektur Masjid Jami Peneleh Surabaya

Bila kita melihatnya dari atas, masjid yang berada di kawasan Kecamatan Genteng Surabaya itu seperti perahu yang terbalik, dengan posisi masjid menghadap ke barat. Posisi tersebut memiliki arti mengajak umat muslim untuk beribadah ke arah kiblat.

Wujudnya masih mempertahankan karakter asli yang klasik, menyerupai joglo, meski pernah direnovasi dua kali pada 1986 dan 1990-an. Renovasi yang dilakukan selama ini hanya untuk memperbaiki yang sudah rusak dan usang.

Di bagian dalam masjid, terdapat 10 tiang berbahan kayu jati yang kokoh menjulang tinggi, bahkan menyambung sejumlah bagian dengan langit-langit masjid. Kesepuluh tiang itu dijuluki Soko Guru yang melambangkan 10 malaikat Allah.

Masjid Jami Peneleh Surabaya juga dikelilingi 25 ventilasi dengan ukiran aksara Arab bertuliskan 25 nama nabi. Rangka langit-langitnya berhiaskan huruf Arab yang memuat nama empat sahabat Nabi Muhammad, yaitu Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Fasilitas Masjid Jami Peneleh Surabaya

Fasilitas Masjid Jami Peneleh Surabaya

Sama seperti masjid-masjid lainnya, di dalam Masjid Jami Peneleh Surabaya, ada tempat wudu, ruang salat bagi jemaah laki-laki dan perempuan yang terpisah, perlengkapan salat seperti mukena dan sajadah, juga perlengkapan belajar mengaji bagi anak-anak.

Yang unik, masjid ini memiliki sumur tua dengan diameter sekitar 50 cm. Kabarnya, sumur itu terhubung ke sumur Masjid Ampel dan mengandung mata air seperti air zam-zam.

Entah cerita tersebut benar atau tidak, yang jelas keberadaan sumur itu menambah aura spiritual yang menarik para peziarah untuk datang. Sayangnya, sumur tersebut ditutup karena banyak mengandung logam berat akibat senjata yang disimpan pada masa Perang Kemerdekaan.

Selain sumur, Masjid Jami Peneleh juga memiliki sebuah beduk tua bernama Beduk Kintir. Konon, beduk itu ditemukan mengapung di Sungai Kalimas, tepatnya di wilayah Peneleh.

Anehnya, saat dipindahkan ke Masjid Kemayoran Surabaya (sekitar 5 kilometer dari Masjid Peneleh), beduk tersebut tidak bisa dibunyikan. Benda itu hanya bisa berbunyi di Masjid Peneleh.

Mitos yang beredar, beduk tersebut bisa menjadi obat segala penyakit, yang membuat banyak orang mengambil kayu-kayunya untuk dijadikan obat. Hal tersebut membuat beduk tersebut tidak lagi digunakan demi menghindari kemusyrikan di dalam masyarakat.

Masjid Jami Peneleh Surabaya sendiri merupakan saksi perjuangan para tokoh Islam di Surabaya dalam mendukung kemerdekaan Republik Indonesia. Menara masjidnya bahkan pernah rusak akibat terkena serangan meriam Belanda.

Jadi, selain menjadi tempat ibadah dan pusat kegiatan keagamaan setiap hari, Masjid Jami Peneleh Surabaya sarat akan sejarah. Tempat yang menarik untuk Ayah-Bunda kunjungi.

Sayangnya, karena lokasinya berada di gang kecil yang padat penduduk, tidak ada tempat parkir di sini. Bahkan membawa sepeda motor pun harus dituntun, demi sopan santun.

Masjid Jami Peneleh Surabaya

Masjid Jami Peneleh Surabaya
 

  • Alamat: Jalan Peneleh V/41, RT 006/RW 003, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur 60274 (Google Maps)
  • Dibangun: 1430
  • Luas: 999 m²
  • Daya tampung: ± 500 jemaah