Mengenang Penjara Kalisosok Surabaya

Daftar Isi
Mengenang Penjara Kalisosok Surabaya

Sekitar 500 meter ke arah utara dari Surabaya Kota Lama, Ayah-Bunda akan menemukan sebuah peninggalan zaman kolonial lainnya yang kini terbengkelai: Penjara Kalisosok Surabaya.

Jika dari Museum De Javasche Bank, Ayah-Bunda tinggal menyusuri Jalan Kasuari dan berbelok ke Jalan Kalisosok Kidul. Di sana, terdapat sebuah situs berbenteng panjang hingga Jalan Kalisosok Lor. Bagaimana keadaan penjara tersebut sekarang? Apakah masih terlihat bekas-bekas penjaranya?

Sejarah Penjara Kalisosok Surabaya

Lapas Kalisosok dibangun pada masa pemerintahan kolonial yang saat itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, pada 1 September 1808. Pada zaman itu, Surabaya memiliki dua penjara, yakni:

  1. Binnenboei (penjara dalam kota) yang berada di Jalan Kasuari
  2. Buitenboei (penjara luar kota) yang berada di Pasar Besar.

Pada 1845, Penjara Buitenboei diusulkan untuk dibongkar dan diganti dengan bangunan lain. Sedangkan Penjara Binnenboei diperbesar dan menjadi LP Kalisosok.

Nama Kalisosok sendiri diambil dari nama wilayah di sana, yaitu kampung Kalisosok. Penjara yang dibangun dengan dana sebanyak 8.000 gulden ini mulai beroperasi pada 1850.

Mereka yang ditahan di sana tidak hanya tentara Belanda yang bersalah, tetapi juga orang-orang Bumiputra yang membangkang pada pemerintahan Belanda. Tidak terkecuali tokoh-tokoh pergerakan Indonesia, seperti H.O.S. Tjokroaminoto, Ir. Soekarno, W.R. Soepratman, dan K.H. Mas Mansyur.

Di Lapas Kalisosok Surabaya juga pernah terjadi peristiwa penting pada 1945.

Awalnya, seorang marinir Belanda, Kapten Huijer, tiba di Surabaya untuk mewakili Sekutu. Namun, Huijer langsung ditangkap pemuda Surabaya dan dimasukkan ke Penjara Kalisosok.

Tindakan tersebut membuat pasukan Sekutu di bawah pimpinan Kapten Shaw melakukan serbuan terhadap Penjara Kalisosok untuk membebaskan perwira mereka. Maka, pada 12 November 1945 malam hari, pasukan Sekutu kembali mengerahkan pasukan menuju Penjara Kalisosok.

Serangan itu dibalas oleh para pemuda Surabaya di bawah pimpinan kepala penjara M.D. Arifin.

“Mewahnya” Lapas Kalisosok Surabaya

“Mewahnya” Lapas Kalisosok Surabaya

Pada dasarnya, penjara adalah tempat untuk mengurung orang yang bersalah. Tidak heran kalau narapidana di sini, apalagi di zaman itu, para tahanan mendapat perlakuan yang tidak manusiawi. Mereka disiksa, dipukul, atau diberi fasilitas yang tidak layak.

Namun, Penjara Kalisosok Surabaya lain dengan penjara lainnya. Konon, penjara ini merupakan bangunan yang megah dan mewah pada zamannya. Jauh lebih mewah dibandingkan rumah Bumiputra kebanyakan.

Bahkan untuk standar rumah tahanan, penjara yang terletak di sebelah selatan Kalisosok 3, di Werfstraat atau di sebelah utara Jalan Rajawali dan Kembang Jepun itu terlalu nyaman.

Seorang tentara Belanda yang pernah ditahan di sini pernah menuturkan tentang kamar yang nyaman, kebun yang bersih, dan makanan yang enak, yang menurut orang Bumiputra makanan-makanan tersebut jarang mereka temui dalam keseharian mereka di luar penjara. Entah cerita ini benar atau tidak.

Menurut sumber lain, tim medis di LP Kalisosok tidak ramah pasien. Para tahanan juga kerap menderita berbagai penyakit seperti kolera, penyakit kulit, dan sebagainya.

Selain itu, menurut cerita aktivis pers keturunan Tionghoa, Kwee Tiam Tjing, yang pernah disekap selama beberapa bulan, ruang penjara di Penjara Kalisosok terbilang kecil, mungkin sekitar 2,5 x 5 meter persegi. Itu pun masih dibagi menjadi dua bagian, yakni depan dan belakang.

Satu ruangan penjara di sana hanya berkapasitas 20 orang. Akan tetapi, sering dipaksakan agar mampu ditempati 90 orang.

Penjara Kalisosok juga memiliki sel khusus bernama Waterkasteel (istana air). Sebuah sel khusus yang sengaja digenangi air dan diberi banyak lintah.

Selain itu, ada juga Treurkamer atau kamar duka bagi para terpidana mati untuk merenungi dosa sebelum menuju area eksekusi dan dipenggal dengan pisau guillotine oleh algojo atau disebut de beul.

LP Kalisosok Surabaya, Riwayatmu Kini

Pada masa Kemerdekaan Indonesia, pemerintah sempat menutup penjara yang oleh orang Belanda disebut Werfstraat Gevangenis (Penjara Jalan Werf) ini. Namun, karena adanya G30S PKI, Presiden Soeharto kembali mengaktifkan Kalisosok untuk menahan para loyalis komunis.

Sekarang, penjara ini tidak difungsikan lagi. Pagar temboknya masih berdiri kokoh dengan menara pantau di beberapa sudutnya. Bahkan tahun 2016-an lalu, tembok pagar tersebut dihiasi mural, yang membuatnya terkesan “hidup”, meski bagian dalamnya tetap saja terkesan angker.

Beberapa waktu lalu, ketika Keluarga Kecil Homerie melewati kawasan ini, mural tersebut sudah pudar. Yang tersisa hanyalah kesan suram dan terbengkelai. Tanpa perlu mengintip bagian dalamnya, sudah bisa ditebak bangunan ini ditumbuhi aneka jenis tanaman liar, bahkan mungkin sudah menyerupai hutan.

Sebagai bangunan berstatus cagar budaya tipe A, Penjara Kalisosok tidak boleh sembarangan dipugar atau dibuat kreasi macam-macam. Namun, setidaknya, mengapa tidak dirawat dengan baik?

Bagaimanapun, Penjara Kalisosok dengan beberapa mantan narapidananya yang merupakan tokoh perjuangan Indonesia, adalah bagian dari Kota Pahlawan yang patut dilestarikan sebagai bukti perjuangan bangsa Indonesia.

Bekas Penjara Kalisosok Surabaya

  • Alamat: Jalan Kasuari 5, Kelurahan Krembangan Selatan, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur (Google Maps)
  • Dibangun sejak: 1750
  • Beroperasi sejak: 1850
  • Jam Buka: Masih tertutup untuk umum