Bus Trans Jatim Koridor 5 Cakraningrat: Penghubung Surabaya-Bangkalan
Akhir September 2024, Pemerintah Provinsi Jawa Timur meluncurkan armada baru Bus Trans Jatim Koridor V dengan rute Surabaya-Bangkalan PP. Bus ini diberi nama Cakraningrat. Diambil dari “Tjakraningrat”, gelar bangsawan Madura yang disandang oleh keluarga pangeran, sultan, dan regent pada masa Hindia Belanda sejak 1678.
Dua tahun silam, kami mencoba naik Bus Trans Jatim Koridor I (Sidoarjo-Surabaya-Gresik). Kapasitas penumpangnya tidak sebanyak Bus Suroboyo. Hanya menampung 30 penumpang duduk. Nah, Bus Cakraningrat ini sama. Sehingga mudah penuh, sesak, dan pengap.
Rute Bus Trans Jatim “Cakraningrat”
Jam masih menunjukkan pukul 5.30 ketika kami berangkat ke Terminal Purabaya. Maksudnya, supaya tidak harus berdesakan dengan calon penumpang lain. Namun, di Bungurasih, armada bus Trans Jatim yang paling depan sudah dirubung para calon penumpang di sampingnya.
Mungkin jumlahnya hanya tiga puluhan, termasuk kami. Masih sesuailah dengan kapasitas bus. Hanya, yang kami khawatirkan adalah bila harus berdiri. Anak-anak, terutama Kira, mana kuat 1,5 jam berdiri?
Jadi, begitu bus dibuka dan penumpang dipersilakan, kami langsung masuk dan mencari kursi. Lega, akhirnya kami mendapatkannya, meskipun Bunda harus memangku Kira dan Yayah memangku Ara (padahal anak itu sudah hampir setinggi Yayah).
Posisi kursi Bus Cakraningrat yang kami tumpangi berhadap-hadapan di kanan dan kiri. Penumpang perempuan diprioritaskan untuk menempati bus bagian depan, tetapi duduk di bagian belakang pun diperbolehkan.
Perjalanan lancar. Jembatan Suramadu pun kami lewati dengan latar matahari pagi yang menyilaukan.
Halte-halte yang bus lewati saat berangkat dari Terminal Bungurasih adalah:
- Morokembangan
- Barunawati
- Perak Timur
- Al Irsyad
- Sarwajala
- Semampir
- Sidotopo
- Kenjeran
- Pogot
- Kedung Cowek
- IKM
- Mortepek
- Petagan
- Tangkel
- Burmeh
- Tunjung
- SMAN 1 Bangkalan
- Jokotole
- Mayjen Sungkono
- Alun-alun Bangkalan
- Rambu M. Choiril
- Merlin
- Gelora Bangkalan
- Ir. Soekarno
- Pertigaan Martadinata
- Kantor Dishub
- Mlajah
- Syaikhona Kholil
- SMKN 3 Bangkalan
- Kinabalu
- Terminal Bangkalan.
Sedangkan halte-halte yang kami lewati dari Terminal Bangkalan adalah:
- Ir. Soekarno
- Gelora Bangkalan
- Pasar Senenan
- Pecinan
- PDAM
- Trunojoyo
- Pemuda Kaffah
- Tunjung
- Burmeh
- Tangkel
- Petapan
- Morkepek
- IKM
- Kedung Cowek
- Kenjeran
- Simokerto
- Sidotopo
- Semampir
- Poltekpel
- Pabean
- Perak Barat
- Terminal Bungurasih
Kurangnya Armada Bus Trans Jatim Cakraningrat
Sebenarnya, Bangkalan memiliki beberapa wisata pantai yang elok. Namun, apa daya, Bus Trans Jatim Koridor 5 ini tidak mengarah ke tempat-tempat wisata seperti itu. Kalau mau, kita bisa turun di halte tertentu, lalu melanjutkan perjalanan dengan transportasi lain atau jalan kaki sepanjang setidaknya dua kilometer.
Kami tidak mau jauh-jauh dari halte, karena khawatir pulangnya akan kesulitan. Rencananya, memang kami pulang naik Bus Trans Jatim Cakaningrat lagi. Dan ada kekhawatiran, makin siang, makin sesaklah peminat bus rute anyar ini.
Jadi, kami sengaja makan siang lebih awal, agar setelah salat zuhur bisa langsung pulang. Sampai rumah pun bisa sebelum magrib.
Selama di Alun-alun Bangkalan, kami beberapa kali melihat Bus Cakraningrat lewat. Entah yang dari Surabaya menuju Terminal Bangkalan, atau sebaliknya. Kami pikir, jumlah armada bus ini cukup banyak dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat untuk melakukan perjalanan Surabaya-Bangkalan. Santailah kami.
Dugaan kami ternyata keliru, Ayah-Bunda. Bus ini ternyata beredar hanya setiap 45 menit sekali. Itu pun biasanya penumpangnya, kami intip melalui aplikasi Trans Jatim Ajaib sudah berisi di atas 40 penumpang. Bahkan ada yang sampai 58 penumpang!
Buru-burulah, kami mencegat bus di Halte Pasar Senenan. Lama sekali menunggunya. Lalu, datanglah rombongan keluarga yang juga ingin naik bus yang sama. Kemudian, datang lagi seorang bapak. Mereka orang baik-baik, tetapi tentu kami anggap sebagai “kompetitor” (untuk berebut kursi bus), hahaha.....
Ada sekitar empat Bus Cakraningrat yang melewati kami dan semuanya dalam keadaan penuh. Mereka menolak berhenti. Kalau tidak sopirnya yang menunjuk-nunjuk ke belakang (maksudnya “tunggu saja bus berikutnya”), ya kondekturnya yang kasih kode X dengan dua lengannya.
Dari jam 12 sampai azan asar (14.30) kami belum mendapat bus pulang. Mana halte tempat menunggunya hanya trotoar pinggir jalan pula, alias belum dibangun.
Banyak “kompetitor” kami menyerah duluan. Rombongan ibu-ibu, tiba-tiba berjalan menjauh. Rombongan keluarga yang tujuannya ke rumah sakit memilih jalan kaki saja, karena akan lebih hemat waktu dibanding harus menunggu 45 menit lagi. Sedangkan bapak yang ingin ke Ampel Surabaya lebih memilih naik feri.
Seharian bersama Bus Cakraningrat
Kami jadi bertanya-tanya, apakah dengan 14 armada dan satu bus cadangan Cakraningrat masih kurang? Atau frekuensi keberangkatannya perlu dipersering, misalnya 15 menit sekali?
Hanya karena kami tidak punya pilihan lain, kami tetap bertahan di Halte Pasar Senenan. Moda transportasi lain pasti jauh lebih mahal, sudah begitu terkadang sering kebut-kebutan.
Kami lalu mengubah strategi. Kalau tujuan Surabaya memang selalu penuh, kami coba tujuan Terminal Bangkalan saja. Di sana, kami tinggal oper Bus Cakraningrat yang menuju ke Surabaya. Memang risiko penuh tetap ada. Namun, setidaknya, kalau di terminal, kita bisa duduk santai dan memantau langsung mana bus yang kosong.
Setelah menunaikan salat asar, kami kembali mencegat bus. Kali ini, di Halte Alun-Alun Bangkalan. Alhamdulillah, langsung dapat.
Agak berbeda dengan Bus Cakraningrat yang berangkat dari Surabaya, bus ini memiliki 20 tempat duduk menghadap depan dengan formasi 1-2. Rute busnya agak bertele-tele. Mungkin ada misi mengenalkan pariwisata juga.
Bayangkan, setelah berangkat dari Terminal Bangkalan, Bus Cakraningrat tidak meneruskan perjalanan ke arah selatan, tetapi kembali lagi ke utara. Dan sebelum itu, penumpang diajak menuju salah satu wilayah Bangkalan yang jauh dari hiruk-pikuk kota, melewati Pesarean (Makam) Syaikhona Kholil, salah seorang ulama besar asal Bangkalan.
Menuju utara, kami melewati Alun-alun Bangkalan lagi. Namun, tidak untuk menaikkan penumpang, karena kapasitasnya sudah lebih dari 50 orang. Bus ini hanya mengelilingi alun-alun dan Bundaran Rato Ebuh.
Buat penumpang yang terburu-buru, ini membuang-buang waktu saja. Sebaliknya bagi mereka yang memang berniat jalan-jalan di Bangkalan, rute ini akan memuaskannya.
Bus Cakraningrat memang sangat ekonomis untuk berkeliling Bangkalan tanpa perlu gonta-ganti moda transportasi. Apalagi, harga tiketnya sangat terjangkau. Melewati tol, Jembatan Suramadu, dengan total jarak tempuh 59 kilometer dan durasi perjalanan sekitar 1,5 jam, kita hanya perlu merogoh kocek 5.000.
Sebagai warga Jawa Timur, kami sangat mengapresiasi hadirnya Bus Trans Jatim ini. Hanya, frekuensi keberangkatannya jelas perlu ditambah, mengingat busnya kecil, dan jaraknya cukup jauh. Pasti penuh sesak teruslah!
Bus Trans Jatim “Cakraningrat” Koridor 5
- Rute: Surabaya-Bangkalan
- Jam operasional: 05.00-21.00 WIB
- Tarif: Rp5.000 (umum) dan Rp2.500 (pelajar, mahasiswa, dan santri)