Jembatan dan Taman Ujung Galuh Surabaya

Daftar Isi
Jembatan dan Taman Jembatan Ujung Galuh Surabaya

Sepulang dari IFI Surabaya setelah menyelesaikan suatu keperluan, kami pulang melewati Jalan Ngagel di sekitar Transmart. Di sanalah, kami menyadari bahwa ada satu titik “terkenal” di Kota Surabaya yang tidak pernah kami ketahui eksistensinya sebelumnya.

Tempat itu berupa taman kecil dan jembatan cantik di Jalan Bengawan. Taman Ujung Galuh begitu kecil, tetapi ada jalan setapak dan beberapa tempat duduk. Di salah satu sisi tempat tersebut hanya ada tulisan Jembatan Ujung Galuh.

Sejarah Ujung Galuh

Ujung Galuh merupakan nama wilayah Surabaya di masa keemasan Majapahit. Waktu itu, Pelabuhan Ujung Galuh sering menjadi tempat ditambatkannya perahu-perahu dan kapal-kapal penting. Pelabuhan Ujung Galuh pernah juga menjadi saksi perang antara Majapahit dan pasukan Tartar dari Mongol.

Konon, tempat ini juga menjadi lokasi pergulatan suro (sejenis ikan hiu) dan boyo (buaya) yang kemudian menginspirasi nama Surabaya.

Di masa modern, Jembatan Ujung Galuh yang menghubungkan Jalan Ngagel dan Jalan Darmokali tersebut membentang di atas sungai Kali Mas. Panjangnya hanya 46,43 meter dan lebarnya 9 meter.

Kecil, tetapi cukup estetik.

Tidak heran, yang mendesain jembatan itu adalah Tri Rismaharini, arsitek lulusan ITS yang merupakan mantan wali kota Surabaya. Ia membangun jembatan tersebut untuk mengurai macet di kawasan Darmo dan Ngagel, sekaligus meningkatkan ekonomi kawasan Surabaya bagian selatan.

Diresmikan pada Mei 2018, jembatan ini dilengkapi trotoar lebar untuk pejalan kaki, dua taman hijau di sayap kanan dan kiri jembatan, jalan inspeksi, serta lampu lalu lintas dan kamera pengawas.

Taman Jembatan Ujung Galuh: Riwayatmu Kini

Taman Jembatan Ujung Galuh: Riwayatmu Kini

Pada awal-awal dibukanya, Jembatan Ujung Galuh tampak cantik. Apalagi jika dilihat pada malam hari. Jembatan ini tampak menawan dan Instagrammable dengan lampunya yang berwarna ungu.

Dua taman terletak di samping kanan-kiri kaki jembatan turut memperindah bangunan nyentrik tersebut. Bu Risma memang terkenal jago mendesain taman. Lihat saja taman-taman di Surabaya. Tertata rapi dan cantik di bawah kepemimpinannya.

Sayangnya, sejak sekitar dua tahun yang lalu, pesona Taman Jembatan Ujung Galuh memudar. Kurang terawat dengan banyaknya rerumputan liar yang tumbuh di sela paving area lintasan joging sepanjang 2 kilometer.

Apalagi, akhir-akhir ini, Surabaya terik sekali. Meskipun Taman Ujung Galuh sudah dihias berbagai tanaman bunga dan tanaman hijau lainnya, tetap saja terlihat gersang.

Kami merasakannya sendiri ketika berteduh di sana untuk memulihkan stamina. Tetap saja terasa gerah, tidak seperti di taman-taman lain. Barangkali kadar oksigen yang dihasilkan berbagai pepohonan di Taman Ujung Galuh kurang banyak.

Padahal, di sepanjang Jalan Ngagel, setidaknya dekat kawasan Ujung Galuh, tidak ada pepohonan peneduh. Sementara lalu lintasnya tidak pernah sepi dari kendaraan. Harusnya, taman ini bisa tampil berjasa memberikan kesegaran di sana.

Sayangnya, tidak. Kontribusi taman itu belum terasa.

Maka ada baiknya, Taman Jembatan Ujung Galuh ini direvitalisasi. Bukan hanya dipercantik dengan tanaman-tanaman bunga, tetapi juga ditanami pepohonan peneduh yang rindang, mengingat kawasan ini sangat gersang.

Jembatan dan Taman Jembatan Ujung Galuh

  • Alamat: Jalan Ngagel, Kelurahan Ngagel, Kecamatan Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241 (Google Maps)
  • Jam buka: 24 Jam
  • Diresmikan: Mei 2018 oleh Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya