Wisata Sejarah Peneleh Heritage
Salah satu daya tarik Surabaya sebagai kota pahlawan adalah adanya Kawasan Peneleh, yang merupakan area wisata sejarah. Dikenal juga dengan Peneleh Heritage, kawasan ini menyimpan banyak cerita historis terkait Kota Surabaya. Sebut saja eks kos-kosan H.O.S. Tjokroaminoto, eks rumah kelahiran Bung Karno, dan Masjid Peneleh.
Cukup berkunjung ke satu kawasan ini saja, Ayah-Bunda dan si kecil bisa mendapatkan banyak cerita bersejarah, baik tentang Kota Surabaya maupun Negara Republik Indonesia. Yuk, kita eksplor!
Sejarah Peneleh Heritage
Menurut buku Oud Soerabaia karya G.H. Von Faber (1931), Peneleh merupakan kawasan tertua di Surabaya.
Sedangkan menurut sumber lain, Kawasan Peneleh sudah ada sejak masa Kerajaan Singosari. Peneleh merupakan perkampungan tua karena lokasinya di hilir Sungai Brantas dan menjadi pusat transportasi masyarakat.
Ini bisa dilihat dari peta Schetskaartje Van Het Oudste Soerabaja Van 1275 yang menunjukkan lokasi serta nama Glagah Aroem (sekarang Peneleh). Glagah Aroem adalah tempat para jawara pada masa Kerajaan Singosari.
Entah mana yang benar. Yang jelas Kawasan Peneleh sudah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya pada 1998. Selain itu, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) juga menetapkan Peneleh sebagai kawasan wisata sejarah.
Salah satu keunikan Kawasan Peneleh adalah adanya makam-makam yang tersebar di jalan perkampungan. Makam-makam tua di tengah perkampungan itu diperkirakan sudah berusia ribuan tahun.
Konon, masyarakat Peneleh di masa lampau biasa memakamkan jenazah keluarga atau kerabatnya di pekarangan rumah.
Daya Tarik Peneleh Heritage
Menelusuri Kawasan Peneleh membuat kita seperti mengendarai mesin waktu ke zaman dahulu. Pasalnya, daerah ini dipenuhi dengan bangunan bersejarah yang terpelihara, antara lain:
1. Alun-alun Contong
Pada zaman Keraton Surabaya, alun-alun ini disebut Alun-alun Kidul. Pada masa kolonial, Alun-alun Contong adalah taman yang di tengahnya terdapat sebuah monumen tugu putih.
Tugu tersebut merupakan penghargaan terhadap warga berkebangsaan Jerman bernama G. Von Bultzingslowen atas jasa-jasanya sebagai relawan Palang Merah saat perang Aceh (1873-1874).
Sayang, kini, keberadaan monumen tersebut sudah tidak ada.
2. Jembatan Peneleh
Sebelum masuk area Peneleh Heritage, Ayah-Bunda akan melewati Jembatan Peneleh. Jembatan ini dibangun di atas Sungai Kalimas sekitar tahun 1890-an oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pembangunannya hampir bersamaan dengan Jembatan Merah yang historis itu.
Jembatan Peneleh menggunakan konstruksi besi baja untuk tiang dan pagarnya. Sementara, trotoarnya memakai kayu jati lama.
3. Museum H.O.S. Tjokroaminoto
Keluarga Kecil Homerie sudah dua kali menyambangi bekas kediaman Sang Guru Bangsa tersebut. Di rumah yang sederhana inilah lahir beberapa tokoh penting bangsa. Salah satunya, Soekarno, yang sempat belajar pidato melalui bapak kosnya itu.
4. Rumah Kelahiran Bung Karno
Berjarak sekitar 500 meter dari Museum H.O.S. Tjokroaminoto, rumah ini dihuni Keluarga Soekarno setelah pindah dari Bali. Di rumah inilah Soekarno lahir hingga menghabiskan masa remajanya, sebelum akhirnya ngekos di kediaman H.O.S. Tjokroaminoto.
5. Masjid Jami Peneleh
Inilah salah satu masjid tertua di Surabaya. Didirikan oleh Sunan Ampel pada abad 14, Masjid Jami Peneleh menyerupai perahu terbalik jika dilihat dari atas. Masjid ini mempertahankan arsitektur aslinya dan memiliki sebuah sumur tua yang konon terhubung ke Masjid Ampel.
6. Makam Eropa
Makam yang dalam bahasa Belanda bernama De Begraafplaats Soerabaia ini adalah museum terbuka yang memamerkan arsitektur bergaya Eropa yang menawan melalui nisan-nisan berukir artistik.
Area seluas 6,5 hektare ini menampung sekitar 33.000 jenazah para pejabat Hindia Belanda dan warga asing lainnya.
7. Sumur Jobong
Sumur Jobong diperkirakan sudah ada sejak tahun 1430. Penampakannya seperti sumur-sumur tua zaman Majapahit di Trowulan. Terdapat pula barang-barang temuan di dalam sumur yang dipamerkan, yaitu tulang manusia dan hewan, batu-batuan, serta keramik-keramik.
8. Lodji Café
Kalau sudah lelah berjalan-jalan di Kawasan Peneleh, Ayah-Bunda bisa rehat dulu di sini sambil menikmati suasana tempo dulu. Kafe yang berdiri sejak 1907 ini memajang beragam hiasan zaman Belanda seperti poster iklan, peta Surabaya tahun 1940-an, radio kuno, mesin tik, dan barang-barang lawas lainnya.
Banyak tempat bersejarah yang bisa dikunjungi, bukan?
Selain tempat-tempat tadi, di Kawasan Peneleh pengunjung dapat mempelajari kerajinan batik. Batik Peneleh memberikan kesempatan kepada para pengunjung untuk mencoba secara langsung membuat batik tulis.
Peneleh Heritage (Wisata Sejarah Peneleh)
Kalau Ayah-Bunda penggemar wisata sejarah atau edukasi, jangan lewatkan Peneleh Heritage ketika di Surabaya. Apalagi ketika jalan-jalan bersama anak-anak. Durasi yang diperlukan untuk menjelajah Kawasan Peneleh ini, berdasarkan pengalaman Keluarga Kecil Homerie, sekitar tiga jam.
- Alamat: Jalan Peneleh, Surabaya
- Jam Buka: 24 jam (tergantung lokasi wisatanya)