Belajar Bahasa Prancis 02: Agak Lain
Kalau dipikir-pikir, bahasa Prancis itu memang aneh, alias agak laen. Terutama ketika kita lebih dahulu terbiasa dengan bahasa Inggris. Begitu juga ketika Yayah dan Bunda dahulu mempelajarinya untuk pertama kalinya. Apa saja keanehan-keanehan itu?
1. Setiap Benda Punya Jenis Kelamin
Jadi, untuk menyebut benda harus tahu apakah ia laki-laki atau perempuan dahulu? Ribet amat! Hahaha, ya. Namun, mungkin anggapan itu karena kita sudah terlanjur terbiasa dengan bahasa Indonesia dan Inggris. Di dua bahasa tersebut, setiap benda memang dianggap netral, tidak punya jenis kelamin.
Sementara itu, umumnya bahasa-bahasa di Eropa mengelompokkan mana benda perempuan (feminin) dan laki-laki (masculin). Bahkan, bahasa Arab pun demikian! Contohnya, bulan (al-qamar) adalah benda berjenis perempuan, sedang matahari (as-syamsu) berjenis pria.
Di dalam bahasa Prancis, meja itu feminin, makanya disebut la table. Sementara, gambar adalah masculin, makanya disebut le tableau.
Partikel la atau le ini dalam bahasa Inggris hanya disebut the. Sedangkan di Prancis, kita harus tahu jenis kelaminnya dulu, sehingga tidak salah mau menggunakan le atau la.
Bagaimana caranya? Apakah harus kita intip dahulu bendanya? Atau harus kita duga-duga sendiri, “Benda ini bentuknya seperti ini, berarti laki, nih!”
Hahaha, tidak segitunya juga! Menentukan masculin atau feminin itu, tidak ada cara lain, yaitu dengan menghafalkannya. Meskipun ada beberapa ciri yang bisa kita tandai, misalnya:
- Nama benda yang diakhiri dengan -age, biasanya feminin, sehingga partikelnya adalah la atau une. Misalnya,image (gambar), page (halaman), sondage (survei), dan lain-lain.
- Nama benda yang diakhiri dengan -ion biasanya juga feminin. Misalnya, la nation (bangsa tersebut), une décision (sebuah keputusan), dan sebagainya.
Namun, tentu saja ada pengecualian-pengecualian. Misalnya, kata nuage(awan) itu ternyata masculin, jadi menggunakan partikel le atau un.
Karena pengecualian-pengecualian semacam ini ada lumayan banyak, mau tidak mau, kita harus sering-sering membaca atau mendengarkan bahasa Prancis, supaya terbiasa dan lama-lama hafal sendiri.
Mungkin, Ayah-Bunda bertanya-tanya, “Siapa yang menentukan benda ini cewek atau cowok?” Masyarakat terdahulu di Prancis sana. Atau kalau di era modern, dewan bahasa merekalah yang menentukan.
“Bagaimana kalau kita keliru menggunakan le, tetapi ternyata seharusnya la? Atau sebaliknya?”
Itu salah, tetapi tidak apa-apa juga. Orang tetap akan paham. Dalam praktik berbahasa Indonesia saja kita juga sering salah, kok! Misalnya, kita mengatakan “dirubah”, padahal seharusnya “diubah”. Lawan bicara kita tetap paham maksudnya, bukan?
2. Nama Hari dan Bulan Ditulis dengan Huruf Kecil
Terdapat juga beberapa perbedaan cara penulisan hari dan bulan. Kalau dalam bahasa Indonesia atau Inggris, nama hari diawali dengan huruf besar atau kapital, seperti Senin, Rabu, Jumat.
Sementara dalam Bahasa Prancis, nama hari ditulis dengan huruf kecil semua.
- lundi = Senin
- mardi = Selasa
- mercredi = Rabu
- jeudi = Kamis
- vendredi = Jumat
- samedi = Sabtu
- dimanche = Minggu
Begitu juga dengan penyebutan bulan secara tertulis:
- janvier = Januari
- février = Februari
- mars = Maret
- avril = April
- mai = Mei
- juin = Juni
- juillet = Juli
- août = Agustus
- septembre = September
- octobre = Oktober
- novembre = November
- décembre = Desember
Sebagaimana yang tampak di atas, semua ditulis dengan huruf awal kecil. Kecuali dalam kasus-kasus khusus, seperti ketika nama-nama bulan atau hari itu sebagai judul atau letaknya di awal kalimat.
3. Tanda Baca dan Aksara Tidak Umum
Terus, kalau teman-teman baca buku cerita berbahasa Prancis, pasti heran kalau melihat dialog-dialognya. Biasanya, tanda tanya, tanda seru, tanda kutip itu dipisah dari kalimatnya. Sudah begitu, tanda kutipnya berbeda pula. Perhatikan contoh kalimat ini:
Paul Pogba : A-t-il bien joué ? « Pogba a une vision de jeu extraordinaire », a déclaré un fan.
(Paul Pogba: Apakah dia bermain bagus? “Pogba memiliki visi permainan yang luar biasa,” kata seorang fans.)
Apa saja keanehannya?
- Ada aksara é (disebut aksen aigu). Ini hanya salah satu dari aksara-aksara Prancis yang “agak laen”. Sebagian mudah diucapkan, sebagian sulit (buat lidah kita).
- Menggunakan guillemets (tanda kutip) yang berbeda: « … ». Peletakannya pun tidak menempel ke huruf awal atau terakhir (ada spasi). Namun, terkadang orang Prancis juga menggunakan tanda kutip universal (“ … ”).
- Tanda titik dua (:) dan tanda tanya (?) yang tidak menempel dengan kata sebelumnya.
- Ada huruf “t” yang tidak ada artinya selain pembatas/pemanis belaka. Kalimat sebenarnya begini: Paul Pogba : Il a bien joué ? Namun, karena itu kalimat tanya, maka posisi “il” dan “a” dibalik, dan di tengah-tengahnya ditambahkan huruf t.
Seperti itulah bahasa Pracis. Kalau Ayah-Bunda saat ini bingung, itu wajar. Nanti, cepat atau lambat akan terbiasa juga.
4. Angka-angkanya Mengajak Bermain Matematika
Yang lebih mengherankan lagi, penulisan beberapa angka. Perhatikan angka-angka ini:
- 1 = un/une. Angka satu dipengaruhi oleh feminin-masculin benda yang menyertainya. Contohnya, un livre (sebuah buku) karena kata “buku” berjenis laki-laki, dan une pomme (sebuah apel) karena kata “apel” jenisnya perempuan.
- 2 = deux
- 3 = trois
- 4 = quatre
- 5 = cinq
- 6 = six
- 7 = sept
- 8 = huit
- 9 = neuf
- 10 = dix
- 11 = onze
- 12 = douze
- 13 = treize
- 14 = quatorze
- 15 = quinze
- 16 = seize
- 17 = dix-sept (10 + 7)
- 18 = dix-huit (10 + 8)
- 19 = dix-neuf (10 + 9)
- 20 = vingt
- 21 = vingt et un (20 dan 1)
- 22 = vingt-deux
- 23 = vingt-trois
- 24 = vingt-quatre
- 25 = vingt-cinq
- 26 = vingt-six
- 27 = vingt-sept
- 28 = vingt-huit
- 29 = vingt-neuf
- 30 = trente
- 31 = trente et un (30 dan 1)
- 32 = trente-deux
- 40 = quarante
- 41 = quarante et un (40 dan 1)
- 42 = quarante-deux
- 50 = cinquante
- 51 = cinquante et un (50 dan 1)
- 52 = cinquante-deux
- 60 = soixante
- 61 = soixante et un (60 dan 1)
- 62 = soixante-deux
- 70 = soixante-dix (60 + 10)
- 71 = soixante et onze (60 dan 11)
- 72 = soixante-douze (60 dan 12)
- 80 = quatre-vingts (4 x 20)
- 81 = quatre-vingt-un (4 x 20 + 1)
- 82 = quatre-vingt-deux (4 x 20 + 2)
- 90 = quatre-vingt-dix (4 x 20 + 10)
- 91 = quatre-vingt-onze (4 x 20 + 11)
- 92 = quatre-vingt-douze (4 x 20 + 12)
- 100 = cent
- 101 = cent un
- 102 = cent deux
Matematika sekali, bukan? Apakah ini berarti orang-orang Prancis pintar sekali matematika? Bisa ya, bisa tidak. Yang jelas, tidak perlu belajar hitung-hitungan dahulu untuk sekadar mengucapkan angka-angka Prancis. Terkadang, kita hanya perlu hafal dan terbiasa.
Dan Masih Banyak Lainnya…
Ya, masih banyak lagi hal-hal “agak lain” dalam bahasa Prancis. Kalau sejak awal dijabarkan di sini. pasti yang terbayang adalah bahasa Prancis itu supersulit. Memang, tidak bisa disangkal juga, bahasa Prancis itu sangat sulit dipelajari.
Namun, selalu ada cara mudah untuk mempelajarinya. Terutama kalau tujuan kita sekadar bisa berkomunikasi. Jadi, tenang saja, Ayah-Bunda. Mari kita pelajari bahasa yang seksi ini pelan-pelan.