Belajar Bahasa Prancis 03: Cara Berkenalan
Sama seperti di budaya manapun, hal pertama yang perlu kita ketahui untuk menjalin komunikasi dengan orang Prancis adalah berkenalan. Memperkenalkan diri dalam bahasa Prancis bisa dengan menggunakan dua cara: formal dan tidak formal.
Cara formal biasanya digunakan kepada orang yang lebih tua, posisinya lebih tinggi, baru kenal, atau dalam situasi resmi. Sedangkan cara yang tidak formal biasa digunakan untuk orang seumuran dan lebih muda, serta dalam situasi yang akrab.
Tanpa banyak bla-bla-bla, mari langsung belajar bagaimana cara berkenalan ala orang Prancis!
1. Tentukan Dahulu, Pakai “Vous” atau “Tu”
Saat memperkenalkan diri atau bercakap-cakap, kita harus selalu melihat status lawan bicara. Apakah ia lebih tua? Lebih muda? Sederajat? Belum akrab? Jadi, kita bisa tahu harus memanggilnya dengan vous (Anda/kalian) dan tu (kamu).
- Vous digunakan kepada orang yang baru kita ajak kenal, usianya lebih tua, atau kedudukannya lebih tinggi, serta dalam suasana formal.
- Tu digunakan untuk orang seumuran atau lebih muda, sudah akrab, dan dalam situasi nonformal. Anak dengan orang tua biasanya ber-tutoiyer (menggunakan tu). Kalau dalam budaya kita, wah, berkamu-kamu dengan orang tua pasti sudah dianggap anak kurang ajar! Hehehe… Namun, suka atau tidak, itulah perbedaan budaya kita dengan Prancis.
Supaya lebih jelas, perhatikan contoh kalimat ini:
- Vous vous appelez comment ? (Siapa nama Anda?)
- Vous venez du Jardin botanique de Sukorambi ? (Anda dari Taman Botani Sukorambi?)
- Tu habites où ? (Kamu tinggal di mana?)
- Tu es un écrivain ? (Kamu seorang penulis?)
Ayah-Bunda lihat, penentuan subjek “vous” atau “tu” berpengaruh sekali pada pembentukan kata kerja (predikat). Namun, santai saja, kita belum sampai ke pelajaran conjugation itu. Cukup tahu saja, bahwa dalam bahasa Prancis, beda subjek membuat beda predikat (meskipun kata kerjanya sama persis).
2. Bagaimana Menyapa
Normalnya, sebelum memperkenalkan diri, kita menyapa lawan bicara dengan sapaan bonjour yang berarti “halo” atau “hai”. Bisa juga diartikan “selamat pagi”. Arti harfiahnya, sih, semacam “Good day” dalam bahasa Inggris. Jadi, bonjour ini cocok digunakan kapan pun.
Selain bonjour, kata sapaan lainnya adalah salut yang berarti “hai”. Namun, sapaan ini baru bisa kita gunakan dalam situasi yang akrab, alias nonformal.
3. Menyebutkan Nama
Setelah menyapa, kita bisa mulai memperkenalkan diri kita dengan menyebutkan nama. Beberapa alternatif kalimat yang bisa kita gunakan adalah:
- Je m’appelle… Contoh kalimat: Je m’apelle Ara. (Nama saya Ara.)
- Je suis… Contoh kalimat: Je suis Kira (Saya adalah Kira.)
- Mon nom est… Contoh kalimat: Mon nom est Ara. (Nama saya adalah Ara.)
4. Tempat Tinggal, Pekerjaan, Umur, dll.
Setelah menyebutkan nama, kita bisa menyebutkan alamat tempat tinggal kita, pekerjaan, atau umur. Bisa juga dengan mengeja nama jika diperlukan, agar orang lain dapat mengetahui lebih jelas bagaimana menyebutkan nama kita.
Misalnya, “Je m’appelle Kira. K-I-R-A. J’habite à Surabaya. J’ai 8 ans.” (Nama saya Kira. Saya tinggal di Surabaya. Umur saya 8 tahun.)
5. Salam Perpisahan
Jika percakapan telah selesai dan kita akan berpisah dengan lawan bicara, kita bisa mengucapkan salam perpisahan seperti:
- Au revoir. (Sampai berjumpa lagi.)
- À bientôt. (Sampai nanti—waktunya tidak pasti)
- À tout à l’heure. (Sampai nanti—waktunya lebih pasti)
- À demain. (Sampai bertemu besok.)
- À la semaine prochaine. (Sampai ketemu minggu depan.)
- À lundi. (Sampai jumpa lagi pada Hari Senin.)
- Bonne nuit. (Selamat malam.)
- Ciao. (Selamat tinggal—nonformal)
- Adieu. (Selamat tinggal.)
Sekarang, Mari Kita Praktikkan…
Anggaplah terjadi percakapan antara Ara dan Françoise, seorang temannya di Zoom (internet). Oh ya, Françoise adalah nama perempuan. Bedakan dengan François yang merupakan nama lelaki. Hanya beda satu huruf “e” tetapi sudah menentukan jenis kelamin, hehehe.
- Françoise: Bonjour ! Vous vous appelez comment ? (Selamat siang! Nama Anda siapa?)
- Ara: Bonjour ! Mon nom est Ara. (Selamat siang. Nama saya adalah Ara).
- Françoise: Enchantée, Ara. Vous habitez où ? (Senang berkenalan dengan Anda, Ara. Anda tinggal di mana?)
- Ara: J’habite à Jakarta, en Indonésie. Et vous ? (Saya tinggal di Jakarta, Indonesia. Dan Anda?)
- Françoise: J’habite en Suisse.. (Saya tinggal di Swiss).
Ketika kita awalnya menggunakan vous dan ingin menggantinya dengan tu karena merasa lebih pantas mengobrol dengan santai dengan orang yang kira-kira sebaya, kita bisa meminta izin lawan bicara dengan cara seperti ini:
- Ara: On peut se tutoyer ? (Bisakah kita menggunakan “tu”?)
- Françoise: Bien sûr. S'il te plaît ! (Tentu saja. Silakan!)
Setelah itu, kita bisa berkamu-kamu dengannya:
- Ara: Quelle est ta profession ? (Apa pekerjaanmu?)
- Françoise: Je suis étudiante. (Aku adalah pelajar.)
- Ara: Pardon, tu t’appelles comment ? (Maaf, namamu siapa?)
- Françoise: Oh, je m’appelle Françoise… Françoise Bague. (Oh, namaku Françoise… Françoise Bague.)
- Ara: Ça s’écrit comment, ton prénom ? (Bagaimana cara mengeja nama depanmu?)
- Françoise: F-R-A-N-C-O-I-S-E. Françoise !
- Ara: Tu as quel âge, Françoise ? (Umurmu berapa, Françoise ?)
- Françoise: J’ai 15 ans. Et toi ? (Umurku 15 tahun.)
- Ara: J’ai 12 ans… oups ! Il est déjà 20h20 en Indonésie. C’est temps pour moi de dormir ! À samedi ? (Aku berumur 12 tahun… ups! Sudah pukul 20.20 di Indonesia. Sudah waktunya tidur untukku. Sampai ketemu Hari Sabtu?)
- Françoise: Bon. À samedi ! (Baik. Sampai ketemu Hari Sabtu!)
Penutup
Begitulah cara berkenalan dalam bahasa Prancis. Sekadar informasi, biasanya orang Prancis tidak suka ditanya soal umur, status pernikahan, atau agama, karena dianggap tidak sopan dan terlalu personal. Kecuali tentu saja, dalam konteks yang serius dan benar-benar penting (tidak untuk basa-basi).
Ketika Bunda kuliah di Jurusan Sastra Prancis, ada senior yang memberitahu untuk tidak pernah menanyakan umur kepada orang Prancis yang mengajar kami.
Namun, ketika Bunda mendapat pengajar dari Prancis yang baru, ia mau-mau saja menjawab ketika ditanya soal umur. Malah orang Prancis lainnya terang-terangan menyebutkan umurnya, meski tidak ditanya.
Beda cerita dengan sewaktu Yayah sedang memandu seorang seniman Paris di Surabaya. Dalam percakapan kecil yang menyerempet masalah agama, ia tampak tidak nyaman ketika ditanya identitas agamanya.
Meskipun akhirnya ia mengaku dibaptis secara Katolik, tetapi tidak terlalu ambil pusing dengan urusan agama. Singkatnya, ia ateis, tetapi enggan ditanya-tanya lebih lanjut soal pilihan keyakinannya.
Semua kembali lagi kepada pembawaan orangnya. Saran kami, sebelum berbicara dengan orang Prancis, sebaiknya pahami dahulu karakter lawan bicara agar tidak sampai menyinggungnya. Supaya, percakapan bisa berlangsung produktif dan saling memberi kehangatan.
Oke, sampai di sini dahulu pelajaran bahasa Prancis kita. Semoga bermanfaat!