Taman Hutan Kota Lamongan yang Tidak Mirip Hutan
Kalau Ayah-Bunda berkunjung ke Lamongan naik kereta api, dari gerbang Stasiun Lamongan berjalanlah ke arah kanan. Tidak sampai 200 meter, Ayah-Bunda akan menemukan sebuah kawasan yang ditumbuhi banyak pohon. Jaraknya antarpohon teratur. Itulah Hutan Kota Lamongan.
Meski namanya hutan dan memang ada puluhan pohon besar, area tersebut jauh dari bayangan umum kita akan belantara. Kurang rimbun. Mungkin karena areanya terlalu kecil.
Tujuan Dibuatnya Taman Hutan Kota Lamongan
Di dekat Telaga Bandung Lamongan, sebenarnya ada sebuah tempat bernama Taman Kota Lamongan. Jangan rancu.
Lokasi Hutan Kota Lamongan yang kita bicarakan ini yang ada di dekat Stasiun Lamongan. Persis di pinggir rel kereta api. Baru kali ini, kami menemukan sebuah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di tepi rel. Unik juga, ya!
Hutan Kota Lamongan memang didesain sebagai RTH. Tidak ada pagar yang mengelilinginya. Memungkinkan semua orang bisa masuk dan keluar dengan bebas, selama 24 jam.
Apa fungsi dari hutan ini?
Jalan Jaksa Agung Suprapto, yang terletak di depannya, adalah jalan lintas provinsi. Banyak sekali kendaraan yang melindas jalan ini, baik yang besar maupun kecil. Bayangkan, betapa pekatnya karbon monoksida di area ini. Berkat RTH semacam ini, polusi yang nyaris tanpa henti itu berhasil diminimalisasi.
Dengan adanya Hutan Kota Lamongan, suhu udara kota pesisir ini sedikit-banyak juga berhasil diturunkan. Buktikan sendiri. Cobalah mampir dan duduk-duduk di sini. Lumayan segar juga menghirup oksigen yang dihasilkan tanaman-tanaman itu.
Kondisi Taman Hutan Kota Lamongan
Sayang, banyak sampah berserakan di sini. Pun, tidak ada wahana permainan yang dapat dimainkan oleh anak-anak. Mungkin hutan ini memang sejak awal tidak diperuntukkan sebagai tempat wisata.
Sebagaimana namanya, Hutan Kota Lamongan adalah area yang penuh dengan pepohonan. Menurut plang yang sudah kusam di sana, pohon-pohon tersebut antara lain: jati, trembesi, angsana, ketapang, sawo kecik, glodokan tiang, glodokan biasa, tajung, johar, pirusium, dan lain-lain.
Sementara koleksi tanaman hiasnya antara lain: palem pinang sepuluh, palem kuning, bugenvil, teh-tehan, kana, lantana, agava, bakung, dan sebagainya.
Saat kami berada di sana, tampak bapak-bapak yang menggelar tikar dan duduk-duduk santai. Entah mereka penjual, wisatawan domestik yang sedang menunggu bus atau kereta, atau warga.
Selama tidak menyampah, rasanya aktivitas-aktivitas semacam itu justru dibutuhkan untuk menghidupkan hutan ini, agar tidak menjadi seperti sekadar hiasan kota.
Lebih bagus lagi bila Pemkab membangun fasilitas-fasilitas kecil seperti lintasan joging, wahana outbond sederhana, kolam air mancur, agar pengunjung bisa lebih menikmatinya.
Sayangnya, tidak. Hutan Kota Lamongan dibiarkan tampil polosan. Bahkan berkesan kotor.
Konon, ketika Lamongan menerima penghargaan Adipura, hutan kota ini dirawat dengan baik. Akan tetapi, lambat laun taman ini diabaikan. Bahkan para penjual makanan dibiarkan membuka lapak dan sampah-sampahnya mengotori lahan tersebut.
Saat kami singgah di sana, para pedagang sudah tertib. Mereka tidak lagi berjualan di dalam hutan, hanya di sekitarnya saja. Kendati demikian, Hutan Kota Lamongan belum bisa menarik pengunjung, karena dikelola dengan setengah hati.
Kami berharap Pemkab Lamongan dapat segera merevitalisasi tempat ini agar layak dijadikan destinasi wisata di Lamongan. Baik bagi masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar kota yang kebetulan baru datang dari stasiun atau sedang menunggu keberangkatan kereta.
Taman Hutan Kota Lamongan
- Alamat: Jalan Jaksa Agung Suprapto (Jalan Panglima Sudirman 20, Dapur Barat, Kelurahan Sidokumpul, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur 62213 (Google Maps)
- Luas: ± 5.110 m²
- Buka: 24 Jam