Menimbang Aneka Jenis Kompor sebagai Cadangan di Dapur Rumah Tangga

Daftar Isi
Menimbang Aneka Jenis Kompor sebagai Cadangan di Dapur Rumah Tangga

Setelah memangkasi pohon melati yang sudah terlalu rimbun hingga menjangkau kabel tiang listrik, kami mendapat surplus batang dan daun melati. Daun bisa dijadikan kompos, tetapi batangnya? Kami lalu berpikir membeli kompor kayu.

Ide ini sekadar untuk memanfaatkan dahan kayu yang lumayan berlimpah itu. Selain kebun bisa jadi bersih dari sampah kayu (yang kami prediksi selalu akan ada karena pohon melatinya terus tumbuh), juga untuk menghemat biaya elpiji.

Namun, apakah membeli kompor kayu sudah tepat bagi rumah tangga modern seperti kami? Kami sempat melakukan riset kecil-kecilan tentang bermacam jenis kompor untuk tujuan kedua itu (penghematan gas). Berikut ini hasilnya.

Kompor Gas

Ini pilihan sejuta umat, mulai dari keluarga sampai anak kos. Sebab, kompor gas adalah pilihan yang umum digunakan di banyak rumah tangga karena kemudahan dan efisiensinya. Kompor ini mudah digunakan dan cepat menyala, sehingga sangat praktis untuk kebutuhan memasak sehari-hari.

Besar-kecilnya api mudah dikontrol dan stabil. Api yang dihasilkan kompor gas pun minim sekali, sehingga tidak membuat sesak napas. Pun, tidak menyebabkan sesak dompet, karena biaya operasionalnya relatif rendah dibandingkan dengan beberapa jenis kompor lainnya.

Namun, kompor gas membutuhkan tabung gas yang harus diisi ulang secara berkala, dan ada risiko kebocoran gas jika tidak dipasang dengan benar. Jika ada salah-salah, meskipun dewasa ini sudah sangat jarang terjadi, bukan tidak mungkin terjadi ledakan atau kebakaran.

Kompor Listrik/Induksi

Kompor listrik menawarkan kemudahan penggunaan dan sama sekali tidak menghasilkan asap, sehingga cocok untuk digunakan di dalam ruangan tanpa ventilasi yang baik.

Kontrol suhu pada kompor listrik atau disebut juga kompor induksi sangat presisi, memungkinkan Ayah-Bunda untuk memasak dengan lebih akurat.

Sayangnya, biaya operasional kompor listrik cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kompor gas. Selain itu, kompor listrik tidak efektif saat terjadi pemadaman listrik, yang bisa menjadi kendala jika Ayah-Bunda tinggal di daerah dengan pasokan listrik yang tidak stabil.

Kompor Briket

Kompor briket batu bara adalah pilihan yang cukup efisien dari segi biaya bahan bakar. Briket batu bara mudah disimpan dan digunakan, serta harganya relatif murah.

Namun, kompor tersebut membutuhkan waktu untuk menyalakan dan memadamkan, serta menghasilkan abu yang perlu dibersihkan setelah digunakan. Agak ribet! Sudah begitu, setelah selesai menggunakan kompor, kita perlu menyiram briketnya agar tidak membara terus.

Meskipun demikian, kompor briket bisa menjadi alternatif yang baik jika Ayah-Bunda mencari opsi yang lebih hemat biaya dibandingkan dengan kompor listrik atau minyak tanah.

Kompor Minyak Tanah

Inilah kompor yang digunakan orang tua Yayah dan Bunda saat mereka SD dahulu. Kompor minyak tanah mudah digunakan, tidak perlu tabung elpiji atau colokan listrik, sehingga bisa menjadi pilihan yang pas di daerah yang tidak terjangkau oleh gas atau listrik.

Akan tetapi, biaya operasional kompor minyak tanah lebih tinggi dibandingkan dengan kompor gas atau briket. Terutama akhir-akhir ini. Sebab, minyak tanah sekarang sudah sulit didapatkan. Per liternya pun melebihi harga bensin BP-92 atau Pertamax.

Selain itu, kompor minyak tanah menghasilkan asap dan bau yang tidak nyaman, yang bisa menjadi masalah jika digunakan di dalam ruangan tanpa ventilasi yang baik.

Kompor Kayu Bakar/Arang

Nah, menurut kami, kompor kayu bakar atau arang semacam ini bisa menjadi pilihan yang sangat ekonomis. Terutama, jika di sekitar rumah atau pekarangan Ayah-Bunda memiliki akses ke kayu-kayuan, seperti dahan melati. Biaya bahan bakar untuk kompor ini sangat rendah atau bahkan gratis.

Permasalahannya, kompor kayu bakar memerlukan waktu dan usaha untuk menyalakan dan mempertahankan apinya. Dan sama seperti kompor briket, selesai memasak, kita perlu memadamkannya dengan air atau lap basah. Ya, setradisional itu!

Selain itu, secara alami, kompor ini menghasilkan asap. Sehingga, kalau mau menggunakannya, Ayah-Bunda harus memastikan ruangannya memiliki ventilasi yang baik. Atau sekalian, seperti kami yang berencana memasak dengan kompor kayu ini di ruang terbuka (outdoor). Berasa kamping, deh! Seruuu....

Penutup

Bagi kami, tetaplah kompor gas yang sesuai untuk dapur kami. Namun, kita selalu membutuhkan kompor cadangan, jika sewaktu-waktu gas habis dan sedang tidak ada uang untuk membeli penjualnya yang biasa bisa mengirimnya ke rumah tutup.

Pilihan kompor cadangan itu jatuh ke kompor kayu bakar. Apalagi kami memiliki stok dahan kayu yang berlimpah. Meskipun, kayu-kayu dari pohon melati kecil-kecil dan mungkin tidak bertahan lama untuk kegiatan memasak yang perlu waktu berjam-jam. Setidaknya, kebun kami jadi bersih.

Kalau Ayah-Bunda, apa kompor utama dan kompor cadangannya?