Timbul-Tenggelam Blog Homerie dalam Satu Dasawarsa

Daftar Isi
 Timbul-Tenggelam Satu Dasawarsa Blog Homerie 

Tahun 2025, tepatnya bulan lalu, blog Homerie berusia 13 tahun. Ibarat remaja, blog ini sudah mulai mampu menghidupi dirinya sendiri. Setidaknya, sudah bisa membayar biaya domain, templat, dan operasional internet dari “kantongnya” sendiri.

Lumayanlah. Siapa sangka, blog yang awalnya dibuat hanya sebagai pengisi waktu luang ini mampu bertahan lebih dari satu dasawarsa.

Awalnya, Iseng Meluncurkan Homerie.com

Awalnya, Iseng Meluncurkan Homerie.com

Kami membeli domain Homerie.com pada 9 Januari 2012. Ini blog berbayar kedua kami. Blog berbayar yang pertama kami nilai sudah "tidak asyik" dan terlalu serius, karena memang fokusnya untuk mencari uang. Maka kami merasa perlu membuat satu lagi blog yang kali ini membahas seputar keseharian saja.

Kami baru menikah. Sebagai pengantin anyar, kami masih menjaga idealisme dalam mengelola dan menata rumah, juga menghidupkannya agar menjadi tempat tinggal yang nyaman. Itulah yang kami ambil sebagai tema blog.

Tulisan-tulisan Homerie waktu itu sepenuhnya berbahasa Inggris. Bukan untuk gaya-gayaan, melainkan untuk membantu penghasilan Adsense (platform iklan dengan sistem komisi per klik dari Google) blog pertama. Sudah menjadi rahasia umum, segmen pembaca bule lebih gurih nilai dolarnya.

Ketika itu, Adsense begitu menjanjikan. Kami sempat "gajian", meskipun jumlahnya hanya 100,09 dolar.

Homerie juga memperoleh penghasilan dari pesanan tulisan berbayar dari perusahaan-perusahaan luar negeri yang menitipkan backlink. Kebanyakan, kami mendapat pesanan melalui SponsoredReviews.com dan Blogvertise.com. Sayang, kedua situs web itu sudah tinggal kenangan.

Datangnya pesanan barangkali hanya seminggu sekali, tetapi jumlahnya lumayan, yakni 8-40 dolar per tulisan (belum dipotong biaya platform). Dengan penghasilan paid review ini sebulan saja, biaya domain dan hos setahun berhasil terlunasi.

2015: Sering Diserang Peretas

2015: Sering Diserang Peretas

Sampai tahun 2015, terus terang, Homerie belum mampu menarik banyak pengunjung. Mungkin karena kami sebenarnya masih terlalu hijau untuk memberikan tip-tip mengenai penataan rumah.

Sudah begitu, ditulis dalam bahasa Inggris pula! Di Indonesia, blog berbahasa Inggris mana laku? Sementara di luar, banyak bloger kawakan asal Amerika Serikat, Inggris, dan Australia yang mengambil tema sama. Alamak, tambah tidak laku lagi!

Herannya, blog yang sedikit pengunjungnya ini malah sering diretas. Setiap tahun, ada saja yang berhasil membobolnya. Mereka mengacak-acak (deface) berandanya dengan gambar dan tulisan-tulisan norak (seperti gambar tangkapan layar di atas).

Apa motivasi mereka ingin mengambil alih Homerie.com? Uang? Mustahil. Banyak blog yang trafiknya jauh lebih menggiurkan.

Atau, karena dendam? Dendam terhadap apa? Isi blog Homerie rasanya netral dan tidak pernah menyinggung siapapun.

Dugaan kami, Homerie sering jadi bulan-bulanan peretas karena terlihat cupu. “Ini sasaran yang mudah!” mungkin begitu pemikiran mereka. Komunitas peretas pemula pun tergoda untuk menjadikannya ajang percobaan.

Sedih. Perih. Letih. Kami ini hanya keluarga kecil yang berniat berbagi hal-hal yang menurut kami berguna melalui blog. Penghasilan juga tidak seberapa. Masih saja dikerjai. Oh, teganya....

Dari hasil mencari tahu sana-sini, Yayah juga mencurigai hos tempat Homerie.com bernaung saat itu memiliki banyak "musuh". Dengar-dengar, beberapa situs web di sana juga langganan diretas. Terbukti, situs web temannya yang dihos di sana, yaitu sebuah institusi pendidikan tinggi (domain .ac.id), sempat ter-deface juga.

Entah apa benar dugaan-dugaan itu. Kami tidak memiliki kemampuan teknis untuk menginvestigasinya. Kami juga tidak tahu cara mencegahnya terulang kembali, selain berdoa.

Karena tidak mengerti solusinya, kami hanya menggunakan cadangan data dari pekan sebelumnya untuk memulihkan blog, tiap kali kena retas. Mau tahu rasanya? Seperti harus terus memungut kotoran tokek dan menyabun lantai, tanpa tahu bagaimana mencegah si tokek membuang kotoran di situ lagi.

2017: Pindah Hos

2017: Pindah Hos

Saking frustrasinya, waktu itu, kami terpikir untuk berhenti. “Mau diterusin atau enggak, nih?” Entah sudah berapa kali Yayah dan Bunda mengobrolkan pertanyaan itu setiap domain dan hos hampir jatuh tempo.

Teman-teman di kantor Yayah kompak menganjurkan pindah hos saja. Mungkin itu solusi. Namun, kalau para peretas sudah memegang Cpanel dan WP-Admin blog Homerie, pindah ke hos mana pun, Yayah tetap tidak tenang.

Di tengah-tengah kebimbangan itu, akhir 2017, kami malah menerima surel dari pihak hos. Intinya, kami dituding membebani kinerja peladennya, sehingga mereka terpaksa menangguhkan akun Homerie. Mereka juga menunjukkan bukti-bukti teknis yang kami tidak tahu apa maknanya.

Maknanya saja tidak tahu, apalagi melakukannya! Tentu saja kami menyangkal. Kerjaan kami di dasbor selama ini hanya menulis draf, memasukkan gambar, memperbarui versi WordPress dan plugin-plugin-nya. Bagaimana mungkin melakukan hal-hal canggih sebagaimana yang dituduhkan?

Sebenarnya, ada kecurigaan juga, itu ulah salah satu peretas yang mungkin sempat “menyuntikkan” kode tertentu melalui Cpanel. Namun, kami kadung malas menjelaskan. Karena kejengkelan sudah di ubun-ubun, kami berbulat tekad untuk pindah hos!

Meskipun belum terpikir juga, mau ke mana? Bagaimana kalau masalahnya berulang? Rugi uang, rugi waktu lagi, kan?

Akhirnya, kami sekalian mengganti mesin blog Homerie. Tadinya WordPress, sekarang Blogger (blog engine milik Google yang berdomain di blogspot.com).

Langkah ini terinspirasi dari seorang teman di Facebook yang kerap pamer puluhan blognya. Blog-blog itu dihos secara gratisan di Blogger. Ia hanya perlu membayar domain, sehingga alamat blognya tetap bisa .com, .net, .org, atau apapun sesuai pilihannya.

Sistem login Blogger jelas beda, karena pakai akun Google. Sehingga, keamanannya juga standar Google. Relatif bikin tenanglah.

Itulah alasan Homerie sampai sekarang nyaman memakai Blogger. Belakangan, kami tahu blog Gandjel Rel juga menggunakan Blogger, hehehe. Alhamdulillah, hingga saat ini tidak pernah diretas lagi.

Jangan, ya, Dik Hacker. Jangan! Setiap kali menyusahkan orang lain, ingat karma, azab, dan akhirat, ya, Dik....

2018: Perubahan Tema dan Bahasa Blog

2018: Perubahan Tema dan Bahasa Blog

Seiring perpindahan hos, kami juga menggeser tema Homerie. Apalagi, saat itu, Ara dan Kira sedang nakal-nakalnya. Kondisi rumah bukannya rapi dan tertata seperti foto-foto yang kami pajang di blog, malah makin mirip kapal pecah. Lucu kalau kami masih sok-sokan memberi tip tentang penataan rumah.

Di sisi lain, sebagai orang tua baru, kami memiliki banyak bahan yang ingin diceritakan mengenai tumbuh kembang anak.

Tema penataan fisik rumah pun kami ubah jadi aktivitas penghuni rumah, seperti pengasuhan anak (parenting), proyek-proyek keluarga (seperti Roket Air, Telepon Kaleng, dll.), dan pendidikan. Segmennya para orang tua yang baru saja punya anak. Bahasa blog pun menjadi Indonesia saja.

Namun, mengubah segmen ternyata tidaklah mudah. Banyak artikel-artikel lama yang tidak relevan dengan tema baru ini.

Kami pun kerja bakti menyembunyikan tulisan-tulisan lama tersebut, bahkan menghapusnya bila kami rasa sudah basi atau kurang berisi. Sebagian gagal termigrasi oleh sistem dari WordPress ke Blogger.

Proses penyortiran itu berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Terkadang, ketika menemukan tulisan di blog kami yang lain yang sepertinya lebih cocok diletakkan di Homerie, Yayah memindahnya secara manual, dan melakukan redirection dari blog lain itu.

Ribet, pokoknya!

2020: Homerie Berusaha Mengikuti Zaman

2020: Homerie Berusaha Mengikuti Zaman

Menurut data Technorati, ada sekitar 57 juta blog di seluruh dunia pada 2006. Jumlah itu kemudian meningkat sepuluh kali lipat. Pada 2020, populasi blog membengkak menjadi 500 juta!

Pertanyaannya, siapa yang mau (dan sempat) membaca blog-blog itu? Ketika supply (tulisan blog) melebihi demand (kebutuhan akan informasi), masih perlukah meneruskan produksi? Masih perlukah kita melanjutkan blogging?

Secara logika, harusnya tidak perlu. Harusnya, kita “tetap menyerah, jangan semangat!” Hehehe....

Di sinilah kita perlu menanyakan kembali, apa motivasi (terkuat) kita mengeblog selama ini? Jika motivasinya karena:

  • platform blog sedang tren, maka jika tren bergeser, blog kita pasti ikut lengser.
  • banyak lomba blog, maka jika lomba makin jarang diadakan, blog kita pasti stagnan.
  • banyak teman mengeblog, maka ketika teman-teman itu menemukan “mainan” baru dan jarang blogwalking, kita pasti malas posting.

Untungnya, motivasi kami jauh lebih sederhana dari itu semua. Kami cuma ingin berbagi informasi, dan mendokumentasikan kegiatan keluarga serta pandangan kami. Itulah mengapa Homerie.com masih mengeblog, apapun yang terjadi di luar sana.

Hanya, kami juga merasa perlu terus mengikuti zaman. Kami perhatikan, tren teks sudah bergeser menjadi teks-gambar, lalu bergeser lagi menjadi video dan siniar. Karena itu, selain menulis teks dengan menyajikan foto-foto, sebagian tulisan Homerie juga dilengkapi dengan video-video kami dari YouTube.

Untuk membuat video, konsekuensinya kami harus meningkatkan keterampilan, juga spek laptop. Makanya, akhirnya kami membeli ASUS Vivobooks K413EA, laptop berprosesor i3-1115G4, RAM 8 GB, dan layar FHD.

Spek itu sudah lebih dari cukup untuk mendukung pembuatan video-video sederhana Homerie.

Inilah salah satu laptop yang menemani kami sampai hari ini. Ara yang masih SD juga belajar mengedit video-video untuk Reels Instagramnya melalui laptop yang kami namakan Eboni itu.

2022: Konsistensi Blog Homerie Menginspirasi Anak Ikutan

2022: Konsistensi Blog Homerie Menginspirasi Anak Ikutan

Blog Homerie tumbuh bersama fase-fase kehidupan kami. Dari yang tadinya hanya berdua, sekarang jadi berempat bersama anak-anak. Lalu Ara dan Kira makin pintar. Setiap pekan, mereka mengamati kami menulis artikel dan skrip video untuk Homerie.

Seperti yang bisa kami prediksi, mereka akhirnya juga menunjukkan minat yang sama. Ara bahkan sudah memiliki blog sendiri, meski isinya masih amburadul dan jadwal publikasinya angin-anginan.

Oh ya, Ara lahir tepat di Hari Bloger Nasional (27 Oktober), lo! Apakah ini pertanda takdir atau hanya kebetulan? Entahlah.

Yang jelas, kami selalu menekankan kepada anak-anak, “Apapun profesi kalian nanti, kalian harus punya kebiasaan menulis. Supaya kalian bisa ‘mengikat’ ilmu, pengalaman, dan pemikiran kalian dalam tulisan.”

Ara suka mengirim tulisan-tulisan pendek ke Majalah Bobo. Kadang dimuat, tetapi seringnya tidak.

Di situlah nasihat kami masuk, “Kalau punya media sendiri, kalian enggak perlu menunggu atau ditolak, sekadar agar tulisan kalian sampai ke pembaca. Mengirim ke media tetap penting sebagai penulis, tapi jangan lupa untuk membuat media kalian sendiri. Dan membuat media yang paling praktis dan murah itu ya dengan membuat blog!”

Pelan-pelan, Ara termotivasi untuk belajar menjadi bloger juga. Semoga kelak, Kira yang masih kelas 2 SD juga tertarik. Sebab, sangat bisa jadi, kami akan mewariskan blog Homerie.com kepada mereka, generasi Alfa yang konon merupakan "penduduk asli" digital itu.

Mereka boleh, bahkan sangat dianjurkan, mengevaluasi temanya tiap dasawarsa dan menambahkan inovasi-inovasi, agar blog ini tetap relevan dengan zaman dan sesuai kepentingan blogernya saat itu.

2025: Lanjut Ngeblog!

2025: Lanjut Ngeblog!

Tidak seperti media sosial yang datang silih berganti, blog adalah web. Selamanya, jagat maya membutuhkan web. Di titik itulah, kami yakin blog akan selalu ada. Sebisa mungkin, kami akan terus mengeblog.

Mengapa?

Secara non-materi, sulit diungkapkan alasannya. Namun, secara materi, blog telah memberikan kami kegembiraan berupa:

  1. Uang tambahan lewat iklan, baik berupa dolar maupun rupiah
  2. Kesempatan menjual produk/jasa sendiri di blog
  3. Keuntungan menjualkan produk/jasa orang lain lewat tautan afiliasi
  4. Jodoh (Yayah dan Bunda bertemu pertama lewat blog dan akhirnya menikah ❤️)
  5. Tiket PP ke Jerman plus makan dan akomodasi dari Deutsche Welle Media untuk Yayah
  6. Ponsel dari lomba blog Kompasiana
  7. Laptop dari ASUS (tanpa mengikuti lomba apapun)

Ya, kami adalah saksi bahwa ASUS sudah mendukung komunitas bloger sejak lama.

Kami ingat sekali, pada 2012, seorang perwakilannya menelepon kami. Waktu itu, ASUS sedang mengampanyekan Eee PC Flare 1025C dan meminta kami, sebagai salah satu bloger yang mereka pilih, untuk menuliskan pemanfaatan sehari-hari netbook 10 inci itu. Begitu setuju, netbook putih itu pun dikirim dengan kemasan kayu yang rapi dan kokoh.

“Horeeee, punya laptop baru!” sorak Bunda setelah unboxing.

Tahun-tahun berikutnya, kami dengar ada saja komunitas bloger yang mengalami keberuntungan serupa.

Sejak 2015, ASUS juga setia membersamai perjalanan komunitas bloger di Indonesia dengan menyelenggarakan berbagai ajang, baik daring maupun luring. Semoga simbiosis mutualisme ini terus berlanjut.

Satu dasawarsa telah terlewati. Mari lanjut ke dasawarsa berikutnya!

  • Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog 2015 ke 2025 Perjalanan Ngeblogku yang diadakan oleh Gandjel Rel.