Mampir ke Masjid Agung Lamongan

Di mana ada Alun-Alun, di sana ada masjid agung. Termasuk di Kota Lamongan. Masjid Agung Lamongan terletak 170 meter di sebelah barat Alun-Alun Lamongan dan 1,4 km dari Stasiun Lamongan. Jadi, jika Ayah-Bunda mampir di daerah sini, tidak ada salahnya salat atau berteduh sebentar.
Tahukah, Ayah-Bunda, Masjid Agung Lamongan diklaim sebagai masjid tertua di Lamongan dan memiliki sejarah Kabupaten Lamongan. Seperti apa?
Sejarah Pembangunan Masjid Agung Lamongan
Masjid Agung Lamongan didirikan pada 1908 dengan gaya arsitektur khas Jawa. Masjid yang diduga menyimpan candrasengkala (rumusan tahun ala Jawa) berdirinya Kabupaten Lamongan ini beratap tumpeng tiga. Maknanya, iman, Islam, dan iksan.
Pada 1919, saat periode kepemimpinan Mbah Yai Mahmud, Masjid Agung Lamongan dipugar atas prakarsa Bupati Lamongan, Adipati Djojodinegoro. Alasannya, kondisi masjid sudah tidak mencerminkan perkembangan dan syiar Islam.
Selain itu, lokasi masjid yang dekat dengan sungai menjadikan masalah baru: masjid jadi sering dilanda banjir.
Posisi Masjid Agung Lamongan (waktu itu) pernah akan diubah jadi menghadap kiblat atas usul K.H. Mastoer Asnawi, salah seorang ulama masyhur di Lamongan. Namun, usul tersebut ditolak karena membutuhkan biaya yang sangat besar. Bahkan, karena terbatasnya biaya, renovasi masjid sempat dihentikan.
Tiga tahun kemudian, K.H. Mastoer Asnawi mengambil alih proyek tersebut dengan tetap mempertahankan arsitektur Jawanya. Pendekatan kultural ini bertujuan agar kehadiran masjid tersebut dapat diterima oleh masyarakat.
Sepeninggal K.H. Mastoer Asnawi, pembangunan diteruskan oleh putranya, K.H. Mahbub Mastur. Karena jemaah masjid kian bertambah, masjid pun diperluas. Tidak hanya dengan melakukan pelebaran ke sebelah timur atas inisiatif Presiden Soeharto, tetapi juga pelebaran di sebelah utara dan pembangunan lantai dua.
Perluasan tanah masjid di sebelah selatan juga dilakukan pada masa kepemimpinan K.H Abdul Aziz Choiri, Ketua Umum MUI Lamongan. Masjid Agung Lamongan juga terus bebenah dengan memperluas bangunan ke bagian barat. Di sinilah terdapar mimbar dan teras masjid.
Kini, Masjid Agung Lamongan dapat menampung hingga puluhan ribu jemaah.
Arsitektur dan Keunikan Masjid Agung Lamongan
Sama halnya dengan masjid agung di kota-kota lain, Masjid Agung Lamongan juga memiliki menara kembar. Dibangun pada 2012, menara tersebut memiliki tinggi 53 meter. Ketinggian tersebut disesuaikan dengan usia Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam saat hijrah.
Meski renovasi gencar dilakukan berkali-kali, masjid ini tetap mempertahankan sejumlah benda yang merupakan objek cagar budaya, yaitu dua buah gentong dan dua buah batu pasujudan (prasasti) yang berada di depan masjid.
Konon, keduanya berkaitan erat dengan kisah Panji Laras dan Panji Liris dengan Andansari dan Andanwangi.
Sementara arsitektur bagian dalam masjid masih mempertahankan bangunan asli atau bangunan awal ketika masjid ini didirikan, yaitu adanya tiang besar penyangga masjid yang terbuat dari kayu jati.
Di dalam Masjid Agung Lamongan, terdapat mushaf Al-Qur'an terbesar yang disimpan dalam kotak kaca di sisi kanan masjid. Mushaf berukuran 240 cm x 155 cm, tebal 17 cm dan berat sekitar 350 kg ini merupakan buah karya Ustaz Rusdi Aliuddin, pengasuh Madrasah Diniyah Nurul Iman, Desa Sidorejo, Kecamatan Deket.
Daya tarik lainnya adalah halaman masjid yang memiliki gapura bergaya Cina, yang menambah sentuhan estetika yang unik dan mencerminkan perpaduan budaya.
Dengan kekhasan-kekhasan tersebut, Masjid Agung Lamongan kerap menjadi destinasi wisata religi di Lamongan. Apalagi lokasinya berada di jantung kota Lamongan dan keindahan arsitekturnya yang unik.
Ciri khas arsitektur Masjid Agung Lamongan juga ketap dikaitkan dengan sejarah Kedaton Giri pada 1569, yang menambah nilai historis dan budaya dari masjid ini.
Fasilitas Masjid Agung Lamongan
Saat kami berkunjung, sehabis menunaikan salat zuhur, Bunda melihat sebuah ruangan di dekat tempat salat wanita (serambi utara). Pasalnya, itu bukan ruangan untuk publik maupun gudang perlengkapan masjid wakaf ini.
Di ruangan tersebut terdapat batu nisan. Tepatnya, ada empat makam di sana.
Usut punya usut, ternyata itu adalah nisan Kiai Mahmoed, nisan kosong yang sedianya untuk istri Kiai Mahmoed yang hingga kini belum diketahui keberadaannya, nisan Kiai Mastoer Asnawi dan nisan yang berisi peralatan pertukangan milik dari Mbah Yai Mahmoed.
Untuk publik, Masjid Agung Lamongan menyediakan berbagai fasilitas yang sama dengan masjid lainnya, seperti toilet, tempat wudu, dan perlengkapan salat.
Haus? Sepengetahuan kami, ada setidaknya dua kulkas di sini. Silakan comot saja air mineral yang tersedia di dalamnya. Lapar? Jangan khawatir. Banyak penjual makanan dan minuman dalam jangkauan langkah kaki.
Yang disayangkan, lahan parkir di Masjid Agung Lamongan tergolong sempit. Terutama untuk pengunjung yang membawa mobil. Biasanya, para pengunjung masjid harus memarkir mobilnya di Alun-Alun.
Masjid Agung Lamongan, Jawa Timur

- Alamat: Jalan Kyai H. Hasyim Ashari 16, Kelurahan Tumenggungan, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur 62214 (Google Maps)
- Jam Operasional: 24 jam
- Diresmikan: 19 April 2019
- Luas Tanah: 3.454 m² (tanah wakaf)
- Luas Bangunan: 4.422 m² (dua lantai)
- Daya Tampung: ± 12.000 jemaah